Saham SUPA Mendadak ARB, Analis Ungkap Potensi Tertahan
Saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA), yang dikenal sebagai Superbank, mengalami koreksi tajam hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB) pada perdagangan Senin (22/12/2025). Saham emiten bank digital ini anjlok 14,63% ke level Rp 1.050.
Perdagangan saham SUPA tercatat cukup signifikan dengan volume 1,17 miliar saham, frekuensi 352.437 kali, dan nilai transaksi mencapai Rp 1,26 triliun. Distribusi saham mayoritas terjadi melalui broker Waterfront Sekuritas yang mencatatkan net sell Rp 113,4 miliar.
Namun, di tengah aksi jual tersebut, saham SUPA juga ‘diserok’ oleh broker lain. Stockbit Sekuritas tercatat membukukan net buy sebesar Rp 101,9 miliar atas saham anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini.
Anjloknya saham SUPA terjadi secara mendadak setelah tiga hari bursa sebelumnya terus melonjak dan menyentuh auto reject atas (ARA). Kondisi ini memicu perhatian para analis pasar modal.
Analisis Potensi Tertahan
Maybank Sekuritas dalam ulasannya pada Senin (22/12/2025) sempat mengamati bahwa saham SUPA memiliki potensi untuk bergerak tertahan. Hal ini didasarkan pada lonjakan transaksi harian yang terus terjadi dalam tiga hari bursa awal.
“Dengan nilai transaksi yang signifikan, kami melihat risiko yang lebih besar bagi SUPA untuk bergerak tertahan apabila nilai transaksi yang tinggi ini tetap berlanjut,” jelas Maybank Sekuritas dalam ulasannya.
Meskipun demikian, sentimen pasar terhadap SUPA tidak sepenuhnya negatif. Trimegah Sekuritas sebelumnya sempat memberikan rekomendasi buy untuk saham Superbank (SUPA) dengan target harga Rp 1.600.
Target harga tersebut mencerminkan valuasi price-to-book value (PBV) tahun 2026 sebesar 6,5 kali. Valuasi ini dibangun menggunakan Gordon Growth Model, dengan asumsi return on average equity (ROAE) berkelanjutan sebesar 17,3%, cost of equity 12,8%, dan long term growth rate 12%.
Valuasi yang dipasang Trimegah Sekuritas tersebut mengindikasikan keyakinan terhadap prospek profitabilitas SUPA dalam jangka panjang. Perusahaan saat ini disebut tengah dalam proses transisi untuk menjadi bank dengan laba bersih yang berkelanjutan.