Superbank Raih Laba Positif, Saham SUPA Melemah di Perdagangan Senin

Iklan

PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) mencatatkan kinerja keuangan yang impresif hingga November 2025, dengan laba sebelum pajak (PBT) mencapai Rp122,4 miliar. Raihan ini didorong oleh lonjakan pendapatan bunga bersih yang mencapai 165 persen secara tahunan (year-on-year/YoY).

Meskipun mencatat pertumbuhan positif, harga saham SUPA terpantau melemah signifikan. Pada pembukaan perdagangan Senin, 22 Desember 2025, saham bank digital ini anjlok sekitar 14 persen ke level 1.050.

Kinerja Keuangan Solid

Keberhasilan Superbank dalam membukukan laba didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang melesat 165 persen YoY, mencapai Rp1,4 triliun. Angka ini menunjukkan efektivitas strategi intermediasi perusahaan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank juga meroket 149 persen YoY menjadi Rp11,0 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit tumbuh 58 persen YoY hingga mencapai Rp9,3 triliun.

Presiden Direktur Superbank, Tigor M Siahaan, menyatakan bahwa pertumbuhan ini memperkuat struktur neraca perusahaan. Total aset Superbank melonjak 69 persen YoY menjadi Rp18,0 triliun per akhir November 2025.

“Kinerja ini mencerminkan kekuatan fundamental dan arah pertumbuhan perseroan,” ujar Tigor dalam keterangan resminya, Senin (22/12/2025).

Iklan

Dampak IPO dan Pertumbuhan Nasabah

Sejak meluncurkan aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah. Aktivitas transaksi harian rata-rata kini telah melampaui 1 juta transaksi per hari.

Tigor menambahkan, model bisnis perusahaan semakin matang seiring kenaikan aktivitas transaksi sebesar 40 persen pada kuartal ketiga 2025 dibandingkan periode sebelumnya.

“Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” tegasnya.

Momentum bersejarah juga ditandai dengan aksi korporasi Initial Public Offering (IPO). Langkah ini meningkatkan transparansi dan mempertebal modal inti perseroan menjadi lebih dari Rp6 triliun.

Dengan modal inti yang kini melampaui Rp6 triliun, Superbank resmi naik kelas ke Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2. “Kami memiliki struktur permodalan yang lebih kuat sebagai fondasi untuk memperluas skala usaha dan memasuki fase pertumbuhan berikutnya sebagai perusahaan publik,” tutup Tigor.

Status baru sebagai perusahaan publik dan kategori KBMI 2 ini memberikan ruang gerak lebih luas bagi Superbank untuk meluncurkan inovasi produk keuangan dan memperkuat posisinya di ekosistem ekonomi digital.

Iklan