Harga Emas Tembus US$4.400: Lima Faktor Ini Jadi Kunci Penguatan
Harga emas dunia resmi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin, 22 Desember 2025, menembus angka US$4.400 per troy ons. Logam mulia ini diperdagangkan pada level US$4.475 per ons setelah sempat menyentuh US$4.477 per ons pada awal pekan, menandai kenaikan lebih dari 70% sejak awal tahun ini. Lonjakan signifikan ini dipicu oleh kombinasi faktor geopolitik yang memanas, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, pelemahan dolar Amerika Serikat, peningkatan pembelian oleh bank sentral, serta tingginya permintaan investasi.
Kenaikan harga emas yang mencapai rekor baru ini menegaskan posisinya sebagai aset “safe haven” atau aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global. Para analis memproyeksikan momentum penguatan ini dapat berlanjut, meskipun ada pula pandangan yang mengindikasikan potensi konsolidasi atau koreksi dalam jangka pendek.
Geopolitik Memanas, Investor Beralih ke Emas
Salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia. Konflik yang berlarut-larut antara Rusia dan Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, serta tindakan Amerika Serikat terhadap kapal tanker Venezuela telah mendorong investor untuk mencari perlindungan pada aset yang dianggap aman.
Analis di Nemo.Money menyatakan, dukungan jangka pendek bagi emas berasal dari ketegangan geopolitik antara AS dan Venezuela. “Harga emas telah berada tepat di bawah rekor tertinggi dalam beberapa sesi terakhir, jadi ini terlihat seperti terobosan momentum sederhana ke atas setelah konsolidasi bullish baru-baru ini,” ujar analis tersebut. Pergeseran dana dari mata uang fiat ke aset keras seperti emas, yang dikenal sebagai “debasement trade,” kembali diminati di tengah kekhawatiran utang global.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) juga menjadi katalis kuat bagi harga emas. The Fed telah memangkas suku bunga tiga kali sepanjang tahun 2025, menurunkan suku bunga federal ke level terendah dalam tiga tahun. Prospek pelonggaran kebijakan moneter ini mengurangi biaya peluang (opportunity cost) memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil bunga, sehingga membuatnya lebih menarik dibandingkan aset berbunga lainnya.
Pasar saat ini memperhitungkan kemungkinan dua pemangkasan suku bunga tambahan oleh The Fed pada tahun 2026, menyusul data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan dan melemahnya pasar tenaga kerja. “Secara historis, harga emas selalu naik setelah pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS,” kata Ben McMillan, CEO IDX Advisors.
Dolar AS Melemah, Daya Tarik Emas Menguat
Pelemahan nilai tukar dolar AS (indeks DXY) sepanjang tahun 2025 turut mendukung reli emas. Dolar AS telah merosot 9% pada tahun 2025, menempatkannya pada jalur penurunan tahunan terburuk dalam delapan tahun terakhir. Ketika dolar melemah, emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan global.
Kecenderungan pelemahan dolar ini semakin memperkuat argumen untuk investasi dalam aset keras sebagai lindung nilai terhadap depresiasi mata uang. Ini sejalan dengan strategi “debasement trade” yang diyakini oleh banyak investor.
Pembelian Agresif Bank Sentral Dunia
Bank-bank sentral di berbagai negara juga tercatat meningkatkan pembelian emas secara signifikan. Menurut World Gold Council, permintaan emas dari otoritas moneter, termasuk Bank Nasional Polandia, telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Pembelian ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan melindungi diri dari gejolak ekonomi global.
Meskipun laju pembelian bank sentral pada tahun 2025 tercatat sedikit lebih lambat dibandingkan tiga tahun sebelumnya, dengan total 254 ton hingga Oktober, angka tersebut masih dianggap sangat sehat. Para analis dari SeputarForex mencatat bahwa pembelian emas oleh bank sentral cenderung stabil dan tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga jangka pendek, sehingga memberikan fondasi kuat bagi tren kenaikan harga emas dalam jangka panjang.
Permintaan Investasi dan Arus Masuk ETF Melonjak
Permintaan investasi terhadap emas, baik dari investor ritel maupun institusional, juga mengalami peningkatan tajam. Laporan World Gold Council untuk kuartal kedua 2025 menunjukkan kenaikan signifikan dalam permintaan emas sebagai instrumen investasi. Exchange Traded Funds (ETF) berbasis emas global mencatat arus masuk positif setelah beberapa kuartal mengalami tekanan, menandakan kembalinya minat investor terhadap aset ini.
Bret Kenwell, analis investasi dan opsi AS di eToro, mengatakan kepada CBS News, “Perdagangan logam telah kuat sepanjang tahun, terutama untuk emas. Karena fundamentalnya tetap utuh, emas mencerna reli terbarunya ke rekor tertinggi dengan cukup baik.” Di Indonesia sendiri, minat investasi emas juga meningkat tajam, didorong oleh digitalisasi yang mempermudah akses bagi generasi muda.