5 Tips Penting Membeli Mobil Listrik Bekas agar Baterai Tetap Aman, Jangan Tergiur Murah

Foto: CBT News
Pasar mobil bekas di Indonesia pada 2025 diprediksi tidak lagi didominasi kendaraan konvensional. Seiring berkembangnya ekosistem kendaraan listrik, mobil listrik bekas (electric vehicle/EV) kini mulai membanjiri bursa mobil second dengan tawaran harga yang jauh lebih terjangkau.
Depresiasi harga yang cukup tajam membuat mobil listrik bekas terlihat menggiurkan. Beberapa model bahkan dijual dengan selisih ratusan juta rupiah dari harga baru. Namun, di balik harga murah tersebut, tersimpan risiko besar yang tidak ditemukan pada mobil bermesin bensin atau diesel, yakni kondisi dan kesehatan baterai.
Berbeda dengan mobil konvensional yang rentan bermasalah pada sektor mesin atau transmisi, biaya terbesar pada mobil listrik terletak pada baterai. Jika komponen vital ini bermasalah, biaya penggantiannya dapat membuat pembeli merugi besar. Oleh karena itu, membeli mobil listrik bekas memerlukan ketelitian ekstra.
Berikut lima tips krusial yang wajib diperhatikan calon pembeli agar tidak merugi saat membeli mobil listrik bekas:
1. Periksa State of Health (SoH) Baterai
Dalam mobil listrik, parameter terpenting bukanlah jarak tempuh atau tahun produksi, melainkan State of Health (SoH) baterai. SoH menunjukkan persentase kapasitas baterai yang masih tersisa dibandingkan kondisi awal saat mobil baru.
Pemeriksaan SoH tidak bisa hanya mengandalkan indikator bar baterai di panel instrumen. Pembeli disarankan meminta penjual melakukan pemindaian menyeluruh melalui alat diagnostik di bengkel resmi sesuai merek kendaraan.
Sebagai acuan umum, mobil listrik bekas dengan SoH di atas 90 persen masih tergolong sehat. Jika SoH sudah turun di bawah 80 persen, jarak tempuh akan berkurang signifikan dan nilai mobil seharusnya dikoreksi dengan potongan harga yang besar.
2. Pastikan Garansi Baterai Masih Aktif
Baterai menyumbang sekitar 40 hingga 50 persen dari total harga mobil listrik. Untuk melindungi konsumen, pabrikan umumnya memberikan garansi baterai hingga 8 tahun atau 160.000 kilometer, tergantung mana yang tercapai lebih dulu.
Namun, garansi tersebut bisa gugur jika ditemukan pelanggaran ketentuan. Modifikasi kelistrikan non-standar, seperti pemasangan audio aftermarket, lampu tambahan, atau aksesori yang memotong kabel bawaan pabrik, menjadi penyebab utama garansi baterai ditolak.
Karena itu, pembeli wajib memastikan riwayat servis tercatat rapi di bengkel resmi dan tidak ada perubahan sistem kelistrikan yang berpotensi membatalkan garansi.
3. Cek Kondisi Kolong dan Pelindung Baterai
Pada mobil listrik, paket baterai umumnya ditempatkan di bagian bawah lantai kendaraan. Posisi ini membuat kondisi kolong menjadi area vital yang harus diperiksa secara detail.
Mobil sebaiknya diangkat menggunakan lift hidrolik untuk melihat langsung kondisi pelindung baterai. Perhatikan apakah terdapat penyok, goresan dalam, atau bekas benturan keras. Kerusakan pada casing baterai berisiko merusak sel di dalamnya dan dapat memicu korsleting hingga potensi kebakaran di kemudian hari.
Jika ditemukan kerusakan struktural yang signifikan di area ini, pembeli disarankan mengurungkan niat.
4. Pastikan Perangkat Pengisian Lengkap
Kelengkapan alat pengisian daya sering kali luput dari perhatian pembeli mobil bekas. Padahal, portable charger bawaan pabrik merupakan komponen penting dengan harga yang tidak murah.
Pembeli perlu memastikan kabel pengisian rumahan tersedia dan berfungsi normal. Harga charger orisinal dapat mencapai Rp 2 juta hingga Rp 4 juta, tergantung merek dan spesifikasi.
Selain itu, untuk beberapa mobil listrik tertentu, terutama merek asal Tiongkok, adaptor tambahan seperti Type-2 ke GB/T juga perlu dipastikan tersedia sesuai kebutuhan penggunaan di SPKLU.
5. Telusuri Kebiasaan Pengisian Daya Pemilik Sebelumnya
Meski sulit dibuktikan secara fisik, kebiasaan mengecas sangat memengaruhi usia baterai. Baterai mobil listrik yang terlalu sering diisi menggunakan DC Fast Charging cenderung mengalami degradasi lebih cepat dibandingkan baterai yang rutin diisi dengan slow charging di rumah.
Pembeli disarankan menggali informasi mengenai penggunaan mobil sebelumnya. Jika mobil merupakan eks armada taksi online atau kendaraan operasional perusahaan dengan mobilitas tinggi, kemungkinan besar baterainya lebih sering terpapar fast charging intensif.
Membeli mobil listrik bekas tetap bisa menjadi pilihan cerdas dan ekonomis, asalkan dilakukan dengan sabar dan penuh ketelitian. Pemeriksaan baterai, riwayat servis, serta kondisi fisik kendaraan menjadi kunci utama agar niat berhemat tidak berujung kerugian besar di kemudian hari.
