Studi Terbaru Ungkap Fast Charging Berdampak Negatif pada Kesehatan Baterai Mobil Listrik dalam Jangka Panjang

Foto: Chevrolet
Popularitas mobil listrik terus meroket, didukung oleh kemudahan pengisian daya cepat di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) berdaya tinggi. Namun, di balik efisiensi yang ditawarkan, muncul kekhawatiran serius di kalangan pemilik dan ahli mengenai dampak fast charging terhadap kesehatan dan masa pakai baterai mobil listrik.
ejumlah penelitian dan pengakuan dari produsen otomotif mengindikasikan bahwa penggunaan fast charging yang terlalu sering berpotensi mempercepat degradasi baterai, meskipun teknologi modern telah dilengkapi sistem mitigasi canggih.
Arus listrik yang masif selama proses fast charging, yang sangat membantu dalam perjalanan jauh atau situasi mendesak, secara inheren menghasilkan panas berlebih pada baterai. Suhu ekstrem inilah yang menjadi biang keladi degradasi kimiawi pada sel baterai litium-ion, yang pada akhirnya mengurangi kapasitas dan masa pakai baterai secara signifikan. Para pakar dan pabrikan pun menyerukan penggunaan fast charging yang lebih cermat dan bijaksana.
Ancaman Panas dan Reaksi Kimiawi pada Baterai
Mayoritas baterai mobil listrik, khususnya jenis litium-ion, sangat rentan terhadap panas. Proses fast charging, terutama dengan arus searah (DC) berdaya 50 kW hingga 350 kW, secara alami memproduksi panas lebih intens ketimbang metode pengisian AC biasa.
Laporan dari Geotab menyebutkan, meskipun kendaraan listrik modern dibekali Sistem Manajemen Termal Baterai (BMS) canggih untuk mengelola suhu, stres termal akibat paparan panas berulang tetap menjadi ancaman serius.
Stres termal ini dapat mempercepat reaksi kimia parasit di dalam sel baterai, seperti pembentukan deposit logam litium (lithium plating) di anoda. Fenomena ini tidak hanya menggerus kapasitas penyimpanan energi, tetapi juga berpotensi menyebabkan kerusakan fisik pada sel baterai dalam jangka panjang.
Sebuah riset dari Carnegie Mellon University pada Juni 2025 turut menggarisbawahi bahwa pengisian cepat dapat mempercepat penurunan kapasitas baterai, bergantung pada jenis kimia baterai yang digunakan.
Konsensus Produsen dan Studi Awal
Berbagai penelitian mengamini kekhawatiran ini. Studi dari Battery University dan rangkuman studi otomotif yang diterbitkan VIVA Otomotif pada Juni 2025 mengungkap, penggunaan fast charging lebih dari tiga kali seminggu berpotensi mempercepat penurunan kapasitas baterai 10-15% dalam 3-5 tahun pertama, dibandingkan pengisian normal.
Ini dapat memangkas usia pakai efektif baterai hingga 1-2 tahun lebih pendek dari estimasi 8-10 tahun atau 150.000-300.000 km.
Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors, secara lugas menyatakan bahwa kebiasaan fast charging yang terus-menerus memang berisiko signifikan terhadap masa pakai baterai mobil listrik.
Pernyataan serupa juga datang dari perwakilan Citroen Indonesia dan Neta Auto Indonesia, yang mengakui potensi pengurangan usia baterai akibat fast charging. Bahkan, raksasa otomotif global seperti Tesla, Hyundai, dan Nissan menyertakan rekomendasi dalam buku panduan mereka agar fast charging digunakan sebatas kebutuhan, bukan rutinitas harian.
Studi Kontra: Dampak Fast Charging yang Minimal
Di sisi lain, beberapa riset menawarkan perspektif berbeda. Sebuah studi oleh Recurrent Motors Inc. pada Juni 2024, yang menganalisis lebih dari 12.500 unit Tesla di Amerika Serikat, tidak menemukan perbedaan signifikan dalam penurunan kapasitas baterai antara mobil yang sering dan jarang menggunakan fast charging.
Studi ini, yang banyak melibatkan model Tesla keluaran 2018 ke atas, menyimpulkan bahwa kemajuan teknologi fast charging kini mampu meminimalkan degradasi signifikan.
Namun, Recurrent Motors tetap mewanti-wanti potensi degradasi di kemudian hari dalam siklus hidup EV, dan menyarankan menghindari fast charging pada suhu ekstrem (terlalu panas atau dingin) atau tingkat daya ekstrem (misalnya di bawah 5% atau di atas 90%).
sil serupa datang dari Kvdbil, perusahaan broker mobil bekas Swedia, pada November 2025. Analisis terhadap 1.366 unit kendaraan listrik bekas menunjukkan delapan dari sepuluh unit memiliki tingkat kesehatan baterai (SoH) di atas 90% dari kondisi normal, mengindikasikan laju degradasi yang lebih lambat dari dugaan.
Cara Menjaga Kesehatan Baterai Mobil Listrik
Meskipun studi menunjukkan variasi hasil, konsensus kuat tetap ada mengenai cara menjaga usia baterai mobil listrik. Para ahli dan produsen menyarankan beberapa langkah proaktif untuk memaksimalkan masa pakai baterai:
- Prioritaskan Pengisian Lambat (AC): Untuk penggunaan harian di rumah atau kantor, pengisian daya AC (slow charging) sangat disarankan karena lebih ‘ramah’ terhadap baterai.
- Gunakan Fast Charging Hanya Saat Mendesak: Fungsikan metode ini untuk perjalanan jarak jauh atau situasi darurat yang membutuhkan efisiensi waktu pengisian yang cepat.
- Jaga Rentang Pengisian Daya Optimal: Usahakan untuk menjaga tingkat daya baterai antara 20% hingga 80% untuk pemakaian sehari-hari. Hindari pengisian daya hingga 100% secara rutin atau membiarkan baterai kosong total (0%).
- Hindari Suhu Ekstrem: Jangan mengisi daya saat baterai dalam kondisi sangat panas atau sangat dingin. Parkir di tempat teduh juga membantu menjaga suhu baterai tetap stabil.
- Gunakan Pengisi Daya Resmi: Selalu pilih pengisi daya resmi atau yang direkomendasikan oleh pabrikan untuk memastikan aliran listrik yang stabil dan aman.
- Lakukan Perawatan Berkala: Pemeriksaan rutin kondisi baterai oleh teknisi berlisensi sangat krusial untuk mendeteksi masalah lebih awal.
Dengan memahami mekanisme degradasi dan menerapkan praktik pengisian daya yang bijaksana, pemilik mobil listrik dapat mengoptimalkan masa pakai baterai kendaraan mereka, sembari tetap menikmati kenyamanan yang ditawarkan oleh teknologi fast charging.
