Pep Guardiola Dinilai Berperan, PSSI Kehilangan Aset Saat Han Willhoft King Pensiun Dari Dunia Sepakbola

Dok. Foto: instagram.com/hanwillhoftking24
Keputusan Han Willhoft King mengakhiri karier profesional di usia 19 mengejutkan publik dan membuat peluang bagi Timnas Indonesia menipis. Media Inggris, termasuk The Guardian dan Mirror, menulis bahwa kombinasi cedera dan ketidaknyamanan dalam rutinitas latihan menjadi faktor utama di balik langkah tersebut.
Nama Han sempat masuk perbincangan di Indonesia pada 2023, ketika PSSI dan publik mempertimbangkan kemungkinan naturalisasi untuk memperkuat lini gelandang bertahan. Namun berbagai kendala administrasi dan batasan usia membuat peluang itu tidak terealisasi sebelum Han memilih jalur akademik di Universitas Oxford.
Jejak Karier Singkat Dan Koneksi Ke Timnas
Han awalnya menarik perhatian ketika tampil di akademi Tottenham Hotspur. Pada periode 2021-2022 ia sempat berlatih bersama pelatih saat itu, Antonio Conte.
Spekulasi di Indonesia muncul menjelang Piala Dunia U17 2023 karena kabar mengenai garis keturunan dari ayah yang disebut memiliki hubungan ke Jakarta. Namun administrasi kewarganegaraan menjadi penghambat: sang ayah tidak tercatat memiliki paspor Indonesia sehingga Han tidak otomatis berstatus WNI, dan naturalisasi untuk pemain berusia 17 tahun tidak memungkinkan.
Pindah Ke Manchester City Dan Gangguan Cedera
Pada musim panas 2024 Han bergabung ke Manchester City yang diasuh Pep Guardiola, dan sempat dipandang sebagai calon gelandang bertahan yang berpotensi besar. Tetapi rentetan cedera mengganggu perkembangan fisik dan adaptasinya.
Menurut laporan, cedera baru pada September 2024 membuatnya absen panjang hingga awal tahun berikutnya. Kondisi ini memperlambat kemampuan Han menyesuaikan diri dengan ritme latihan dan tuntutan tim di bawah Guardiola.
Lingkungan Latihan Dan Alasan Pensiun
Media Inggris, termasuk Mirror, melaporkan Han tidak menyukai atmosfer latihan di Manchester City. Latihan intens, pola kompetisi di akademi, dan ekspektasi tinggi disebut membuatnya tidak merasa nyaman.
The Guardian menyebut bahwa selain cedera, faktor kebosanan dan kebutuhan stimulasi intelektual mendorong Han memilih fokus pada pendidikan di Oxford. Ia mengaku tidak menemukan ruang untuk mengeksplorasi minat lain dalam rutinitas sebagai pemain muda, sehingga memilih jalur akademik.
Implikasi Bagi PSSI Dan Pencarian Talenta Diaspora
Keputusan Han menutup kemungkinan PSSI membuka kembali pembicaraan naturalisasi untuk pemain yang sempat dipantau pada 2023. Meskipun namanya tidak sempat masuk proses administrasi resmi, kehilangan potensi seperti Han dianggap sebagai kehilangan peluang strategis untuk posisi gelandang bertahan.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa upaya menggaet talenta diaspora tidak selalu berjalan mulus. Federasi perlu menghadapi faktor di luar kendali, seperti cedera, preferensi pribadi pemain, dan proses naturalisasi yang panjang.
Fokus Pengembangan Lokal Tetap Berlanjut
Dengan peluang Han tertutup, perhatian PSSI dan publik bergeser pada pengembangan pemain yang sudah di dalam sistem, seperti Marselino Ferdinan dan Ivar Jenner, serta talenta muda lain yang sedang dibina.
Hilangnya satu opsi dari luar negeri bukan dianggap akhir dari proses regenerasi, namun mempertegas bahwa pencarian talenta, baik lokal maupun diaspora, memerlukan waktu, perencanaan, dan ketahanan terhadap faktor tak terduga.
