9 Mobil Listrik Buatan Indonesia: Dari Tucuxi Hingga Gelora E
Industri otomotif Indonesia terus bergeser ke kendaraan listrik sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Berbagai pihak—pabrikan besar, startup, institut riset, dan tim mahasiswa—telah menghadirkan model listrik yang beragam, mulai dari prototipe eksperimental hingga kendaraan yang diproduksi massal.
Artikel ini merangkum sembilan mobil listrik yang diklaim buatan Indonesia berdasarkan kriteria desain, perakitan, atau keterlibatan tenaga lokal. Tulisan menyajikan status pengembangan, spesifikasi utama, serta tantangan yang dihadapi masing-masing proyek.
Tucuxi

Tucuxi muncul pada 2012 sebagai salah satu pionir mobil listrik karya anak bangsa, dirancang oleh Danet Suryatama. Mobil sport ini menawarkan desain futuristik, kecepatan maksimal diklaim mencapai 200 km/jam dan jarak tempuh hingga 321 km.
Perjalanan Tucuxi tak mulus: pada Januari 2013 terjadi kecelakaan uji coba di Magetan, Jawa Timur, akibat kegagalan rem. Insiden itu memunculkan kritik terkait kelayakan jalan dan uji emisi, sehingga Tucuxi tidak melanjutkan produksi massal dan kini disimpan di Museum Angkut, Batu, Malang sebagai bagian dari sejarah pengembangan kendaraan listrik nasional.
Gendhis

Gendhis adalah MPV listrik rancangan Ricky Elson yang diperkenalkan pada 2013. Dengan kapasitas hingga tujuh penumpang dan bentuk yang mengingatkan pada kendaraan keluarga kelas atas, Gendhis sempat dipamerkan di acara besar seperti APEC 2013.
Meski menarik perhatian publik, Gendhis hanya berhenti pada tahap prototipe karena menghadapi kendala perizinan, termasuk uji emisi dan laik jalan. Ricky Elson menyoroti regulasi yang belum jelas sebagai salah satu hambatan utama pengembangan mobil listrik lokal.
DFSK Gelora E

DFSK Gelora E menjadi contoh kendaraan listrik komersial yang diproduksi massal di Indonesia. Diproduksi oleh PT Sokonindo Automobile di pabrik Cikande, Serang, Banten, pabrik tersebut diklaim memiliki kapasitas hingga 50.000 unit per tahun.
Gelora E tersedia dalam varian minibus dan blind van. Keduanya memakai motor listrik berdaya 60 kW (sekitar 80 PS) dan baterai LiFePO9PO9 (kapasitas 42 kWh), dengan jarak tempuh hingga 300 km menurut standar NEDC. Harga dipasarkan mulai dari sekitar Rp350 juta untuk blind van dan Rp399 juta untuk minibus.
Fin Komodo Bledhex

Fin Komodo Bledhex adalah SUV listrik yang didesain untuk petualangan dan medan berat. Memiliki ground clearance tinggi dan tampilan kokoh, Bledhex dibekali fitur seperti voice command, smart dashboard, serta kemampuan driving semi-otonom.
Hingga saat ini Bledhex masih berstatus prototipe dan dalam tahap pengembangan. Proyek ini menunjukkan kemampuan desain lokal untuk menyasar segmen off-road pada kendaraan listrik.
Hevina (LIPI)

Hevina merupakan prototipe mobil listrik hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang diperkenalkan pada RI Tech 2013. Proyek ini difokuskan pada pengembangan teknologi baterai, motor listrik, dan sistem manajemen kendaraan listrik.
Hevina berperan sebagai kendaraan penelitian untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dan teknologi lokal, namun belum melaju ke produksi massal.
Selo

Selo adalah proyek supercar listrik yang dikembangkan oleh tim mahasiswa sebagai bagian dari program inovasi pendidikan. Mobil ini menonjolkan desain futuristik serta fokus pada performa tinggi menggunakan tenaga listrik.
Selo dikembangkan sebagai prototipe untuk memperkuat kompetensi dan inovasi mahasiswa, bukan sebagai produk komersial yang dipasarkan secara massal.
Blits (ITS)

Blits dikembangkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai kendaraan ringan dan efisien. Proyek ini menekankan riset pada efisiensi baterai, motor, dan manajemen energi.
Seperti banyak proyek akademik lain, Blits berstatus prototipe yang digunakan untuk edukasi, pameran, dan pengembangan teknologi, bukan produksi massal.
Bimasena

Bimasena menargetkan segmen sedan listrik premium dengan fokus pada kenyamanan dan performa. Prototipe ini diklaim memakai baterai lithium-air 100 kWh yang memungkinkan jarak tempuh hingga 600 km per pengisian, serta dilengkapi fitur premium seperti sunroof, cruise control, dan sensor parkir.
Walau menonjolkan kemampuan teknis dan desain mewah, Bimasena masih berstatus prototipe dan belum diproduksi secara massal.
i2C (TMI)

i2C adalah konsep mobil listrik dari PT Teknologi Militer Indonesia (TMI) yang diperkenalkan di GIIAS 2025. Proyek ini merupakan kolaborasi TMI dengan Italdesign (Italia), menggabungkan identitas lokal dan standar desain internasional.
Saat ini i2C berfungsi sebagai demonstrasi teknologi dan inspirasi bagi pengembangan kendaraan listrik nasional, belum memasuki tahap produksi massal.