5 Proyek Mobil Nasional Indonesia yang Harus Kamu Tahu, dari Timor hingga Maung Pindad
Indonesia punya jejak panjang dalam upaya mengembangkan mobil nasional. Dari proyek era 1990-an hingga kendaraan taktis modern, setiap inisiatif menampilkan ambisi untuk mengurangi impor dan memajukan industri otomotif dalam negeri.
Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto menegaskan target tiga tahun ke depan untuk mewujudkan mobil yang sepenuhnya dirakit dan diproduksi di Indonesia. Kebijakan itu diperkuat dengan himbauan penggunaan Maung Pindad MV3 Garuda Limousine oleh menteri dan pejabat tinggi sebagai kendaraan operasional resmi.
Timor

Di akhir 1990-an, Timor muncul sebagai simbol ambisi mobil nasional. Diproduksi PT Timor Putra Nasional, model andalan Timor S515 diluncurkan pada 1996 dan dipasarkan sekitar Rp35 juta pada masa itu.
Proyek ini dimaksudkan sebagai kendaraan rakyat yang lebih terjangkau namun tetap menerapkan teknologi era tersebut. Namun, krisis moneter 1998 dan persoalan regulasi membuat produksi Timor dihentikan pada tahun 2000, meski jejaknya tetap menjadi bagian penting sejarah otomotif Indonesia.
Molina

Proyek Molina, singkatan dari Mobil Listrik Nasional, menandai langkah Indonesia memasuki era kendaraan ramah lingkungan. Inisiatif ini merupakan kolaborasi pemerintah dengan pelaku industri untuk mengembangkan mobil listrik yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri.
Molina fokus pada efisiensi untuk mobilitas perkotaan dan penyesuaian terhadap tren energi terbarukan. Meski masih dalam tahap pengembangan dan uji coba, Molina menjadi pionir yang membuka peluang bagi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Esemka

Esemka berawal dari proyek pendidikan di SMK Negeri 1 Singosari, Malang, pada 2007. Mobil pertama, Esemka Digdaya, dipamerkan pada 2009 dan menjadi titik awal transformasi proyek sekolah menjadi entitas industri.
Hingga kini Esemka memiliki fasilitas produksi di Boyolali, Jawa Tengah, dan memproduksi model seperti Bima 1.2 dan Bima 1.3 yang banyak digunakan untuk kebutuhan komersial ringan. Perusahaan juga mengembangkan varian listrik, termasuk Esemka Bima EV, untuk menjawab permintaan kendaraan ramah lingkungan.
AMMDes

AMMDes atau Alat Mekanis Multiguna Pedesaan dirancang untuk mendukung aktivitas ekonomi di wilayah pedesaan. Kendaraan ini bukan sekadar angkut, tetapi juga alat multifungsi untuk sektor pertanian dan usaha mikro.
AMMDes mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram dan diklaim telah beredar lebih dari 10.000 unit di berbagai daerah, termasuk ekspor ke beberapa negara. Fokus pada kandungan lokal menjadikan AMMDes contoh kendaraan nasional yang berfungsi sosial dan ekonomi.
Pindad Maung

PT Pindad, yang dikenal sebagai produsen alat pertahanan, mengembangkan Maung Pindad sebagai kendaraan 4×4 yang tersedia dalam varian militer dan sipil. Varian sipil, seperti Maung MV3, dirancang untuk memenuhi kebutuhan perkotaan sekaligus kondisi medan berat.
Pemerintah mendorong penggunaan Maung sebagai kendaraan operasional pejabat tinggi. Versi eksklusif MV3 Garuda Limousine menonjolkan fitur premium, antara lain:
- Suspensi yang ditingkatkan untuk kenyamanan perjalanan jauh
- Interior bertaraf mewah bagi pejabat
- Sistem keamanan tingkat tinggi
- Tingkat kandungan lokal mencapai 70%
Dukungan resmi ini dimaknai sebagai upaya memperkuat citra dan kapasitas industri otomotif nasional serta mendorong percepatan kemandirian teknologi otomotif.
Kelima proyek ini—Timor, Molina, Esemka, AMMDes, dan Maung Pindad—menggambarkan ragam pendekatan Indonesia dalam memproduksi kendaraan nasional. Masing-masing membawa pelajaran mengenai inovasi, tantangan regulasi, dan peran kolaborasi antara pemerintah, industri, serta institusi pendidikan.
Dengan dukungan kebijakan dan dorongan dari berbagai pihak, upaya mewujudkan mobil yang sepenuhnya dirakit dan diproduksi di dalam negeri terus berjalan. Perkembangan selanjutnya akan menentukan kemampuan Indonesia bersaing di pasar domestik maupun internasional.