Tugas Mustahil: Erling Haaland Terus Jadi Mimpi Buruk Pertahanan Lawan

Sumber: Getty Images/Matthew Ashton – AMA
Erling Haaland kembali membuktikan dirinya sebagai predator sejati di lini depan. Dalam 12 pertandingan terakhir bersama Manchester City dan tim nasional Norwegia, sang striker mencetak 22 gol. Catatan luar biasa ini membuatnya semakin sulit dijinakkan, bahkan oleh bek-bek terbaik Eropa. Hingga kini, belum ada satu pun tim yang benar-benar menemukan cara untuk menghentikan mesin gol berusia 25 tahun itu.
Bahkan Pep Guardiola, pelatih yang paling mengenal Haaland di Manchester City, hanya bisa menanggapi dengan candaan. “Gunakan empat bek tengah,” ucapnya sambil tertawa saat ditanya bagaimana cara menghentikan anak asuhnya tersebut. Candaan itu justru menggambarkan kenyataan: menghadapi Haaland adalah tugas yang nyaris mustahil bagi siapa pun.
Ancaman yang Selalu Mengintai
Setiap kali Haaland berada di lapangan, ancaman gol selalu terasa. Ia tidak perlu banyak menyentuh bola untuk menciptakan perbedaan. Cukup satu peluang kecil di kotak penalti, dan bola bisa langsung bersarang ke gawang. Aston Villa dan pelatih mereka, Unai Emery, kini menjadi tim berikutnya yang harus menghadapi ujian berat untuk menahan ketajaman sang bomber.
Saat melawan Villarreal, misalnya, Haaland kembali menunjukkan insting mematikannya. Ia membaca arah umpan silang Rico Lewis lebih cepat dari para bek lawan, lalu dengan tenang menyontek bola untuk membuka keunggulan Manchester City. Keahliannya bukan hanya soal kecepatan atau kekuatan, tapi juga kecerdasan dalam membaca situasi dan posisi bola.
Bocoran dari Burchnall: “Jaga Dia Secara Fisik”
Ian Burchnall, mantan asisten pelatih Wolverhampton Wanderers, masih mengingat bagaimana timnya pernah sukses menahan Haaland dalam kemenangan 2-1 atas Manchester City pada September 2023. Menurutnya, kunci keberhasilan saat itu terletak pada duel fisik yang intens.
“Satu-satunya cara yang lumayan berhasil adalah ketika Craig Dawson menjaga dia dengan ketat dan fisik di kotak penalti,” ujar Burchnall. “Haaland jarang menyentuh bola, tapi dia sabar dan selalu menunggu momen yang tepat. Untuk menghentikannya, Anda butuh bek yang bisa menandingi kesabarannya.”
Namun, Burchnall menegaskan bahwa itu bukan taktik yang bisa diterapkan oleh semua tim. Haaland terlalu cerdas dan kuat secara fisik. Jika fokus bek sedikit terganggu, sang penyerang langsung memanfaatkannya dengan insting pembunuh.
Kekuatan Kolektif Lebih Penting dari Satu Lawan Satu
Niklas Moisander, bek asal Finlandia yang pernah tiga kali berhadapan dengan Haaland, mengaku bahwa duel satu lawan satu dengan striker Manchester City itu hampir mustahil dimenangkan.
“Tidak ada pemain yang bisa menghentikannya sendirian. Itu harus dilakukan secara kolektif,” kata Moisander. “Saat dia menyentuh bola, semua pemain belakang harus bergerak bersama. Keterlambatan sepersekian detik saja bisa jadi gol.”
Eks bek Werder Bremen itu bahkan membandingkan Haaland dengan legenda-legenda besar. “Saya pernah melawan Messi, Ronaldo, Ibrahimovic, dan Lewandowski. Tapi Haaland hampir sempurna sebagai penyerang. Dia punya semuanya kekuatan, kecepatan, dan penyelesaian akhir yang mematikan.”
Mustahil Dihentikan, Mustahil Dialihkan
Bukan hanya ketajaman dan fisik, Haaland juga dikenal sangat menjaga kebugarannya. Kabarnya, ia menambahkan sirup maple dalam kopi paginya untuk menjaga energi dan konsentrasi sepanjang hari. Namun, rahasia sebenarnya adalah fokus dan disiplin.
“Cara paling efektif untuk membatasi Haaland adalah memutus suplai bola ke dia,” ujar Burchnall. “Tapi itu juga berisiko, karena jika Anda menggandakan penjagaan, pemain City lain seperti Bernardo Silva atau Phil Foden akan punya ruang bebas.”
Contohnya terlihat jelas ketika Bernardo Silva mencetak gol ke gawang Villarreal. Fokus berlebihan pada Haaland justru membuat lini pertahanan kehilangan pengawasan terhadap pemain lain.
Tetap Fokus, Tetap Mematikan
Banyak bek mencoba mengganggu Haaland lewat provokasi di lapangan, tapi pendekatan itu kini tak lagi mempan. Moisander menilai bahwa striker Norwegia itu sudah jauh lebih matang.
“Dia tidak mudah terganggu. Sekarang dia sangat fokus dan hanya peduli pada permainan. Bahkan kalau Anda bicara dengannya di lapangan, dia hampir tidak menanggapi,” jelas Moisander.
Namun, seiring waktu, satu hal tetap konsisten: Haaland selalu mencetak gol. Baik lewat sundulan, kaki kiri, maupun kaki kanan, setiap sentuhannya mengandung ancaman. Tak heran jika Burchnall menutup dengan kalimat bercanda tapi bermakna, “Kalau semua gagal, mungkin solusinya sederhana rekrut saja Craig Dawson lagi, dia masih tersedia gratis.”
