Tiga PR Besar Hansi Flick agar Barcelona Bangkit dari Keterpurukan
Bulan Oktober 2025 menjadi masa yang berat bagi Barcelona. Tim asuhan Hansi Flick mengalami serangkaian hasil buruk yang membuat posisi mereka di La Liga dan Liga Champions mulai terancam.
Rangkaian kesulitan dimulai ketika Barcelona takluk 1-2 dari Paris Saint-Germain di fase grup Liga Champions. Kekalahan itu menjadi awal dari tren negatif yang terus berlanjut. Beberapa hari kemudian, Blaugrana kembali dipermalukan dengan skor 1-4 oleh Sevilla, hasil yang membuat tekanan terhadap Hansi Flick semakin besar.
Sempat ada secercah harapan ketika Barcelona menang atas Girona di La Liga dan Olympiacos di Liga Champions. Namun, optimisme itu seketika runtuh setelah kekalahan 1-3 dari Real Madrid dalam laga El Clasico di Santiago Bernabeu. Kekalahan dari sang rival abadi kembali membuka kelemahan mendasar tim yang belum terselesaikan sejak awal musim.
Kini, dengan sepuluh pertandingan tersisa sebelum pergantian tahun, Barcelona harus bekerja keras untuk tetap kompetitif. Dua target utama mereka jelas: mengamankan tiket ke babak 16 besar Liga Champions dan menjaga peluang dalam perburuan gelar La Liga.
Raphinha Harus Kembali Jadi Motor Serangan
Salah satu penyebab utama menurunnya performa Barcelona adalah absennya Raphinha. Pemain asal Brasil itu memiliki peran vital dalam sistem permainan Hansi Flick, terutama dalam hal pressing dan transisi menyerang.
Dengan gaya bermainnya yang energik, Raphinha mampu menjaga intensitas pressing Barcelona dan menciptakan keseimbangan antara lini tengah dan depan. Selain itu, kemampuannya mempertahankan bola di bawah tekanan membuat Blaugrana lebih stabil menghadapi lawan yang menekan tinggi.
Namun, cedera panjang yang dialami Raphinha membuat Barcelona kehilangan salah satu sumber kreativitas utama di sisi kanan. Tanpanya, permainan tim menjadi lebih mudah dibaca dan kehilangan variasi dalam membangun serangan.
Kembalinya Raphinha ke lapangan menjadi salah satu prioritas utama Hansi Flick. Jika pemain 28 tahun itu bisa kembali ke performa terbaiknya, Barcelona berpeluang menghidupkan kembali tempo cepat yang selama ini menjadi ciri khas mereka. Dengan kombinasi Raphinha di kanan dan Lamine Yamal di kiri, Blaugrana bisa kembali tampil dinamis dan eksplosif di lini depan.
Lamine Yamal Perlu Waktu untuk Pulih Total
Nama Lamine Yamal menjadi salah satu sorotan utama di bawah kepemimpinan Flick. Pemain muda berusia 18 tahun itu menjadi simbol harapan baru Barcelona, tetapi cedera pangkal paha membuat performanya menurun dalam beberapa laga terakhir, termasuk saat menghadapi Real Madrid.
Cedera tersebut membatasi kecepatan dan eksplosivitas Yamal. Ia tampak kesulitan menembus pertahanan lawan dan kehilangan ketajaman yang biasa membuatnya berbahaya di area kotak penalti.
Hansi Flick perlu bersabar dan memberikan waktu pemulihan penuh kepada Yamal, bahkan jika itu berarti sang pemain harus menepi beberapa pekan. Risiko memaksakan Yamal bermain dengan kondisi belum pulih bisa berakibat fatal bagi jangka panjang.
Ketika Yamal kembali 100 persen bugar, Barcelona akan memiliki daya ledak yang jauh lebih besar di lini depan. Kombinasi antara Yamal, Raphinha, dan Robert Lewandowski bisa kembali menjadi senjata mematikan di sisa musim ini.
Fokus Utama: Perbaiki Pertahanan yang Rapor Merah
Masalah terbesar Barcelona musim ini terletak pada lini pertahanan. Setelah kemenangan 3-0 atas Getafe pada 22 September, Barcelona belum lagi mencatatkan clean sheet. Dalam tujuh pertandingan terakhir, mereka sudah kebobolan 12 gol, angka yang mengkhawatirkan untuk tim sebesar Blaugrana.
Dari 13 laga di semua kompetisi, hanya tiga kali mereka mampu menjaga gawang tetap perawan. Catatan itu sangat kontras dibanding musim lalu ketika Barcelona dikenal solid dengan garis pertahanan tinggi yang efektif.
Kini, sistem pressing tinggi yang diterapkan Flick sering kali justru dimanfaatkan lawan untuk melakukan serangan balik cepat. Para bek kerap ditinggal sendirian menghadapi situasi satu lawan satu dengan kiper.
Absennya bek berpengalaman seperti Inigo Martinez memperburuk situasi. Tanpa sosok pemimpin di lini belakang, koordinasi pertahanan sering berantakan dan membuat tim kehilangan poin berharga. Flick perlu menemukan keseimbangan baru antara tekanan tinggi dan stabilitas bertahan.
Harapan Masih Ada
Meski Oktober berjalan kelam, peluang Barcelona untuk bangkit masih terbuka. Jika Hansi Flick berhasil memperbaiki organisasi pertahanan dan memulihkan dua pemain kunci Raphinha dan Lamine Yamal Blaugrana masih bisa menutup tahun dengan posisi kuat di dua kompetisi besar.
Flick kini dituntut untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih top di tengah tekanan besar. Dengan pembenahan yang tepat, Barcelona masih memiliki waktu untuk mengembalikan identitas permainan mereka sebagai tim dominan Eropa.