Penjualan Motor Listrik Anjlok di 2025, Subsidi Pemerintah Masih Belum Jelas
Penjualan sepeda motor listrik di Indonesia mengalami penurunan tajam sepanjang 2025. Hingga September, distribusi ke pasar domestik jauh di bawah capaian tahun lalu, selagi kepastian kelanjutan program subsidi pemerintah belum ada.
Data industri menunjukkan pelemahan penjualan terjadi setelah insentif pembelian yang sempat berjalan berhenti. Produsen dan asosiasi menyebut ketidakpastian subsidi menjadi faktor utama penundaan pembelian oleh konsumen.
Berdasarkan catatan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), total penjualan motor listrik pada Januari–September 2025 tercatat 16.586 unit. Angka ini menurun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, ketika subsidi masih berjalan dan pasar lebih bergairah.
“Januari sampai September 2025 totalnya 16.586 unit. Honda paling banyak,” kata Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial AISI, dikutip Minggu (12/10/2025).
Anggota AISI yang memasarkan motor listrik saat ini relatif sedikit. Nama yang aktif antara lain Honda, TVS, dan Kawasaki, sementara Yamaha dan Suzuki belum merilis produk elektrifikasi berbasis baterai untuk pasar domestik.
Honda menyediakan beberapa model EV, termasuk EM1 e:, EM1 e:+, ICON e:, dan CUV e:. Dari jajaran tersebut, CUV e: disebut sebagai model terlaris meskipun Astra Honda Motor (AHM) belum mempublikasikan angka penjualannya secara resmi.
Kondisi serupa tercatat di Asosiasi Industri Motor Listrik Indonesia (Aismoli). Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi, menyatakan pelemahan penjualan sejak awal 2025 berkaitan langsung dengan tidak berlanjutnya subsidi pembelian.
“Tahun 2025 ini belum ada subsidi. Kalau dibandingkan year-on-year dengan 2024, tentu tidak sebanding. Tahun lalu, saat subsidi berlaku, pertumbuhan penjualan tinggi,” ujar Budi pada Agustus lalu.
Aismoli melaporkan penjualan anggota pada semester pertama 2025 hanya berada di kisaran 11.000–12.000 unit. Pada 2024, ketika subsidi berlaku, total penjualan tahunan sempat berada di kisaran 60.000–70.000 unit.
Kepastian Subsidi Masih Tertunda
Pemerintah sempat meluncurkan program subsidi pembelian motor listrik sejak 2023 dengan besaran subsidi Rp7 juta per unit. Namun realisasi program kerap menemui hambatan administratif dan teknis.
Hingga Oktober 2025 belum ada kepastian tentang alokasi anggaran maupun mekanisme penyaluran untuk tahap selanjutnya. Ketidakjelasan ini mendorong calon pembeli menunda keputusan membeli kendaraan listrik.
“Banyak masyarakat yang menunggu kepastian subsidi. Tanpa insentif harga, selisih dengan motor konvensional masih terlalu besar,” ujar salah satu pengamat otomotif nasional.
Upaya Produsen Menjaga Minat Pembeli
Beberapa produsen, seperti Polytron, Alva, Honda, dan TVS, mencoba mengatasi penurunan itu dengan kebijakan harga internal atau program diskon untuk mempertahankan daya tarik produk.
Meski ada penyesuaian harga, sumber industri menilai langkah tersebut belum memadai untuk mengembalikan lonjakan penjualan seperti saat subsidi berlaku.
Pelaku industri berharap pemerintah segera memberi kepastian mengenai kelanjutan subsidi agar pasar dalam negeri kembali bergairah dan target transisi menuju elektrifikasi dapat tercapai.