Logo

Nama Besar tapi Nihil Trofi: Inilah Pelatih Top yang Masih Puasa Gelar Liga Champions

Mamet Janzuke
Mamet Janzuke
20 Oktober 20250
Nama Besar Tapi Nihil Trofi Inilah Pelatih Top Yang Masih Puasa Gelar Liga Champions

Sumber: Florencia Tan Jun – UEFA/UEFA via Getty Images

Iklan

Bagi pelatih maupun pemain, Liga Champions adalah puncak tertinggi dalam karier sepak bola Eropa. Trofi dengan telinga besar itu menjadi simbol kejayaan, ambisi, dan warisan yang diimpikan setiap insan sepak bola.

Namun, tak semua pelatih hebat mampu menggapainya. Banyak nama besar dengan segudang prestasi di liga domestik justru gagal menaklukkan turnamen paling prestisius antarklub di Benua Biru ini.

Beberapa di antaranya bahkan sudah mencapai final, tetapi tetap harus puas hanya menjadi penonton saat lawan mengangkat trofi. Berikut lima pelatih top dunia yang gagal menjuarai Liga Champions, meski memiliki karier luar biasa di klub masing-masing.

1. Massimiliano Allegri – Dekat, Tapi Tak Pernah Cukup

Ketika Juventus menunjuk Massimiliano Allegri sebagai pelatih pada 2014, publik Turin sempat meragukan keputusan itu. Namun, Allegri menjawab dengan membawa Juventus kembali mendominasi Serie A dan menjadi salah satu tim paling konsisten di Eropa.

Pelatih asal Italia itu dua kali membawa Juventus ke final Liga Champions pada musim 2014/2015 dan 2016/2017. Sayangnya, keduanya berakhir dengan kekalahan.
Pada 2015, Juventus takluk dari Barcelona, lalu dua tahun berselang dibungkam Real Madrid.

Meski gagal mengangkat trofi, Allegri tetap dikenang sebagai pelatih dengan pendekatan taktik brilian dan kemampuan memaksimalkan potensi pemainnya.

2. Bobby Robson – Legenda yang Tak Beruntung di Eropa

Nama Sir Bobby Robson identik dengan kelas dan integritas di dunia kepelatihan. Ia sukses bersama Porto, PSV Eindhoven, dan Barcelona, bahkan membawa Timnas Inggris hingga semifinal Piala Dunia 1990.

Namun, Robson tak pernah beruntung di Liga Champions. Prestasi tertingginya di level Eropa hanyalah juara Piala UEFA 1981 bersama Ipswich Town dan Piala Winners 1997 saat melatih Barcelona.

Meski demikian, Robson tetap dikenang sebagai mentor bagi banyak pelatih hebat, termasuk José Mourinho, yang pernah menjadi asistennya di Porto dan Barcelona.

3. Valeriy Lobanovskyi – Arsitek Revolusioner dari Ukraina

Nama Valeriy Lobanovskyi mungkin tak setenar pelatih-pelatih Barat, tetapi pengaruhnya terhadap sepak bola modern sangat besar. Pelatih legendaris Dynamo Kiev ini dikenal dengan filosofi permainan kolektif yang revolusioner dan sistematis.

Lobanovskyi meraih 13 gelar liga domestik Ukraina serta dua Piala Winners, dan membawa Uni Soviet menjadi finalis Euro 1988. Namun, nasib baik tak pernah berpihak padanya di Liga Champions.

Musim 1998/1999 menjadi momen paling mendekati trofi bagi Lobanovskyi. Dynamo Kiev yang dipimpin Andriy Shevchenko tampil luar biasa, tetapi tersingkir di semifinal oleh Bayern Munchen dengan agregat tipis 3-4.

4. Arsene Wenger – Sang Profesor yang Tak Tertaklukkan di Eropa

Tak ada yang bisa menyangkal kejayaan Arsene Wenger bersama Arsenal. Ia membawa The Gunners meraih tiga gelar Premier League, termasuk musim bersejarah 2003/2004 tanpa kekalahan.

Namun, di pentas Eropa, keberuntungan seolah enggan berpihak pada pelatih asal Prancis itu. Arsenal sempat mencapai final Liga Champions 2006, tetapi kalah 1-2 dari Barcelona.

Wenger juga gagal di final Piala UEFA 2000 usai tumbang lewat adu penalti dari Galatasaray. Meski demikian, warisan Wenger tetap abadi membangun filosofi menyerang indah dan menanamkan profesionalisme dalam klub.

5. Diego Simeone – Sang Pekerja Keras yang Selalu Tersandung Rival Sekota

Dalam daftar ini, hanya Diego Simeone yang masih aktif melatih hingga kini. Di bawah asuhannya, Atletico Madrid berubah dari tim pekerja keras menjadi kekuatan besar di Spanyol dan Eropa.

Simeone membawa Atletico menjuarai La Liga dua kali serta dua trofi Liga Europa (2012 dan 2018). Namun, dua kesempatan emasnya di Liga Champions berakhir tragis.

Atletico kalah dua kali di final melawan Real Madrid pada musim 2013/2014 dan 2015/2016. Kekalahan itu menjadi luka mendalam bagi Simeone, tetapi juga bukti betapa kompetitifnya ia di antara klub-klub raksasa Eropa.

Liga Champions, Ajang yang Tak Mengenal Nama Besar

Liga Champions bukan hanya soal strategi dan kualitas pemain, tetapi juga tentang momen, detail kecil, dan nasib. Banyak pelatih besar yang menorehkan sejarah di liga domestik, tetapi tetap gagal menaklukkan Eropa.

Dari Wenger hingga Simeone, mereka menunjukkan bahwa kejayaan sejati di Liga Champions membutuhkan lebih dari sekadar kecerdasan taktik melainkan juga keberuntungan dan ketepatan waktu.

Dan mungkin, bagi sebagian pelatih, kegagalan di Liga Champions bukan akhir dari kisah, melainkan bagian dari perjalanan menuju keabadian.

Iklan
Iklan