Detak Media — Skandal pemalsuan dokumen yang menyeret Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) ke dalam sanksi keras FIFA menarik perhatian luas, termasuk kritik pedas dari media-media di Malaysia. Alih-alih membela, sejumlah media besar di negeri Jiran justru menyuarakan kekecewaan dan mengutuk tindakan tersebut secara terbuka.
Kondisi ini mencerminkan betapa dalamnya rasa malu yang dialami oleh FAM akibat kasus yang mencoreng nama baik sepak bola Malaysia. Tekanan datang tidak hanya dari badan sepak bola dunia, tetapi juga dari publik dan media lokal yang menuntut pertanggungjawaban penuh.
Sanksi FIFA dan Dampaknya bagi FAM
FIFA menjatuhkan hukuman berat kepada FAM dan tujuh pemain naturalisasi yang terbukti melakukan pemalsuan dokumen saat proses pendaftaran untuk Kualifikasi Piala Asia 2027. Hukuman tersebut mencakup denda sebesar 350.000 Franc Swiss atau sekitar Rp7,3 miliar serta larangan beraktivitas di dunia sepak bola selama 12 bulan bagi para pemain yang terlibat.
Kasus ini menjadi pukulan telak bagi FAM dan membuktikan adanya pelanggaran serius dalam integritas sepak bola Malaysia. Tekanan dari masyarakat dan media menambah beban yang harus ditanggung oleh federasi tersebut.
Media Malaysia Tanpa Basa-Basi
Media-media besar seperti New Straits Times (NST) dan The Star menampilkan sikap tegas dalam pemberitaan mereka. Tidak ada upaya membela FAM; sebaliknya, mereka menggunakan kata-kata yang lugas dan tajam untuk mengungkapkan rasa kecewa serta memaparkan fakta pelanggaran.
NST misalnya, menulis dengan judul “Pemalsuan yang Memalukan: FIFA Jatuhkan Denda Berat dan Sanksi Pemain kepada FAM”, yang menegaskan bahwa tindakan pemalsuan tersebut sangat memalukan dan berdampak serius bagi dunia sepak bola Malaysia.
Sementara itu, The Star menegaskan dalam judulnya, “FIFA Jatuhkan Sanksi Berat kepada FAM atas Pemalsuan Dokumen Tujuh Pemain Naturalisasi”, langsung mengarah ke inti permasalahan tanpa mengurangi kekuatan kritik.
Reputasi Malaysia dan Pesan Keras Media Lokal
Konsistensi kritik dari berbagai media di Malaysia mengirimkan pesan kuat bahwa praktik manipulasi dokumen demi meraih hasil instan tidak dapat dibenarkan. Reaksi keras ini juga mencerminkan keprihatinan atas dampak jangka panjang yang dapat merusak reputasi sepak bola nasional.
Kasus ini menjadi peringatan bagi semua pihak terkait agar menjaga integritas dan transparansi dalam pengelolaan olahraga, khususnya sepak bola, yang menjadi kebanggaan masyarakat Malaysia maupun Indonesia.