Mason Mount Kian Bersinar di Manchester United, Berharap Akhiri Kutukan Nomor 7 Era Pasca Cristiano Ronaldo

Sumber: Instagram/@masonmount
Manchester United mulai menunjukkan secercah harapan terkait nomor punggung 7 keramat mereka. Setelah lebih dari satu dekade menjadi beban bagi para pewarisnya, kini Mason Mount disebut-sebut sebagai figur yang berpotensi mengakhiri ‘kutukan’ yang membayangi nomor ikonik tersebut sejak kepergian Cristiano Ronaldo pada 2009. Meskipun sempat terseok-seok di awal kedatangannya, Mount kini tampil menjanjikan dan menjadi sorotan.
Nomor 7 di Old Trafford memang memiliki beban sejarah yang sangat berat. Sejak Ronaldo pertama kali meninggalkan klub untuk Real Madrid, hanya dirinya sendiri saat kembali pada 2021 yang mampu memenuhi ekspektasi masif yang melekat pada jersey tersebut. Deretan nama besar lainnya justru gagal bersinar, terjerembap dalam tekanan dan cedera yang tak berkesudahan.
Jejak Kegagalan Para Pewaris Nomor Keramat
Sebelum Mount, daftar pemain yang mencoba peruntungan dengan nomor 7 sering kali berakhir tragis. Michael Owen, misalnya, lebih banyak berkutat dengan cedera. Antonio Valencia, yang sempat mengenakannya, akhirnya memilih kembali ke nomor lamanya. Angel Di Maria hanya bertahan semusim sebelum hengkang, sementara Memphis Depay gagal beradaptasi dengan gaya permainan Liga Inggris.
Alexis Sanchez mengalami penurunan performa drastis, dan Edinson Cavani, meskipun tampil cukup baik, sering absen karena masalah kebugaran. Situasi ini menciptakan narasi bahwa nomor 7 seolah memiliki beban gaib yang sulit ditaklukkan, kecuali oleh sang megabintang aslinya, Cristiano Ronaldo.
Bangkit dari Keterpurukan Cedera
Mason Mount sendiri sempat terlihat akan mengikuti jejak para pendahulunya. Didatangkan pada 2023 dengan ekspektasi tinggi sebagai gelandang tengah, perannya justru tidak jelas. Ia lebih sering menghabiskan waktu di ruang perawatan, jauh dari lapangan hijau. Dalam dua musim pertamanya, Mount tercatat absen dalam 61 pertandingan, sebuah statistik yang mengkhawatirkan bagi seorang pemain yang dibeli dengan harga mahal.
Namun, musim ini, cerita mulai berubah. Kemenangan atas Crystal Palace menjadi titik balik krusial bagi Mount, menandai 90 menit penuh pertamanya di Liga Inggris sejak November 2023. Yang lebih menarik, sepanjang musim ini bergulir, Mount hanya melewatkan satu pertandingan. MU tampaknya memperlakukan sang pemain dengan lebih hati-hati, dan hasilnya mulai terlihat jelas di lapangan.
Kontribusi Vital di Lapangan Hijau
Mount menunjukkan dominasinya saat melawan Fulham di awal musim dan kembali bersinar kontra Burnley, sebelum ditarik keluar di jeda babak pertama. Ia juga tampil sebagai penentu kemenangan saat menghadapi Sunderland, menciptakan peluang berbahaya di Anfield, serta memberikan assist penting untuk Benjamin Sesko di markas Tottenham Hotspur. Puncaknya, ia kembali menjadi pahlawan dengan gol penentu kemenangan kala bersua Crystal Palace.
Penampilan impresif ini bukan kebetulan. Manajer baru MU, Ruben Amorim, telah mengungkapkan kekagumannya terhadap Mount bahkan sebelum resmi memimpin United. Kepercayaan penuh sang pelatih kini terwujud nyata di lapangan.
Kepercayaan Penuh Ruben Amorim
Meskipun baru tampil sebagai starter dalam enam dari 13 laga Premier League, Mount telah mencatat delapan key passes, sebuah angka yang menunjukkan kontribusinya sebagai kreator peluang. Pergerakan tanpa bolanya juga sama pentingnya, terutama dalam skema tekanan tinggi dan transisi cepat yang menjadi ciri khas taktik Amorim.
Kepercayaan Amorim terhadap Mount begitu besar hingga ia rela menggeser Alejandro Garnacho dari starting XI di final Liga Europa. Keputusan ini memang sempat menuai kontroversi dan berdampak buruk bagi Garnacho, namun secara gamblang menunjukkan betapa sentralnya Mount dalam proyeksi Amorim di Manchester United.
Figur Senior dan Peran Baru
Di luar lapangan, Mount juga mulai menunjukkan sisi kepemimpinannya. Ia memberikan dukungan kepada pemain muda seperti Patrick Dorgu dan Leny Yoro, yang sempat tampil di bawah standar dan menjadi sorotan publik. Kehadirannya menjadi figur senior yang menenangkan di dalam skuad, memberikan stabilitas emosional bagi para talenta muda.
Manchester United mungkin tidak akan bisa menghapus kenyataan bahwa mereka membayar £60 juta untuk Mount di musim yang sama ketika Declan Rice dan Moises Caicedo pindah klub dengan harga fantastis. Namun kini, Mount mulai menemukan peran barunya, bukan lagi sekadar gelandang, melainkan bagian integral dari trio lini depan. Pekan ini akan menjadi ujian besar bagi ketahanan fisiknya dengan jadwal Kamis–Senin, termasuk potensi kembalinya Matheus Cunha yang siap merebut posisi.
Jika Mason Mount mampu menjaga performa dan konsistensinya, bukan tidak mungkin nomor 7 MU kembali memiliki tujuan dan makna yang baru. Saat ini, Mount memang belum memiliki chant khusus dari suporter, namun melihat situasi dan kontribusinya sekarang, itu hanya tinggal menunggu waktu.
