Liga Inggris Jadi Panutan dengan Aturan Homegrown, Layak Ditiru Liga Lain?
Liga Inggris menerapkan aturan Homegrown players sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas pemain lokal dengan membatasi jumlah pemain asing dalam skuad utama. Peraturan ini tidak hanya berdampak pada komposisi tim, tetapi juga mendorong klub mengembangkan talenta muda domestik sejak dini.
Aturan ini membatasi setiap klub hanya boleh mendaftarkan maksimal 17 pemain non-homegrown dalam skuad utama yang berjumlah 25 pemain. Artinya, minimal delapan pemain dalam skuad harus berstatus homegrown.
Definisi pemain homegrown sendiri tidak bergantung pada kewarganegaraan, melainkan masa pendidikan dan pelatihan pemain tersebut di klub-klub yang terafiliasi dengan Football Association (FA) atau Football Association of Wales (FAW).
Definisi dan Dampak Peraturan Homegrown
Seorang pemain dianggap homegrown jika sudah terdaftar setidaknya tiga musim penuh (36 bulan) di klub-klub FA atau FAW sebelum ulang tahun ke-21. Hal ini memungkinkan beberapa pemain asing seperti Cesc Fàbregas dan Paul Pogba mendapatkan status homegrown karena masa pembinaan mereka di Inggris, sementara pemain Inggris yang dibesarkan di luar negeri bisa kehilangan status ini.
Tujuan utama aturan ini adalah menyeimbangkan dominasi pemain asing dan memastikan investasi besar pada pengembangan pemain lokal. Strategi ini juga ditujukan untuk memperbaiki performa tim nasional Inggris yang sempat menurun di turnamen internasional.
Pengaturan Skuad Klub Premier League
Klub Premier League harus cermat mengatur komposisi pemain agar sesuai dengan aturan ini. Selain mengelola kuota pemain homegrown, klub juga perlu meningkatkan perhatian pada akademi dan pembinaan pemain muda lokal. Pemain di bawah usia 21 tahun tidak dihitung dalam batasan 25 pemain utama, sehingga klub memiliki fleksibilitas untuk mengembangkan talenta muda tanpa melanggar aturan.
Contoh nyata adalah Joao Pedro yang memenuhi syarat sebagai pemain homegrown karena masa pembinaan di klub-klub FA sejak usia muda, sementara Noni Madueke tidak memenuhi syarat karena kurangnya masa registrasi sesuai ketentuan.
Strategi Pengembangan dan Pengaruh Pasar Transfer
Peraturan ini mengharuskan manajer dan staf teknis membuat perencanaan jangka panjang untuk menggabungkan pemain homegrown senior, pemain muda di bawah 21 tahun, dan pemain asing agar skuad tetap kompetitif. Klub seperti Liverpool tengah menyesuaikan skuad untuk mematuhi aturan tanpa mengorbankan kualitas tim.
Selain itu, aturan ini memicu kenaikan harga pemain homegrown karena permintaan tinggi dan kuota terbatas. Transfer Raheem Sterling senilai £49 juta menjadi contoh betapa tingginya nilai pasar pemain lokal berkualitas.
Menjaga Identitas dan Keberlanjutan Sepak Bola Domestik
Regulasi homegrown juga membatasi klub-klub asing yang ingin menguasai Premier League dengan merekrut banyak pemain asing tanpa fokus pada pengembangan pemain lokal. Kebijakan ini menjaga identitas liga dan keberlanjutan pembinaan pemain domestik.
Dari sisi penggemar, aturan ini memberi harapan agar talenta muda mendapat kesempatan berlaga di level tertinggi, sekaligus meningkatkan kebanggaan nasional terhadap pemain lokal.
Kritik dan Tantangan Peraturan Homegrown
Meski efektif mendorong pengembangan pemain domestik, beberapa kritik menyatakan aturan ini tidak selalu menjamin kesempatan bermain yang lebih banyak karena ketatnya persaingan dan tekanan hasil di Premier League.
Namun, peraturan homegrown tetap menjadi faktor penting dalam membentuk strategi klub dan struktur kompetisi Premier League musim 2025/2026.
Potensi Penerapan di Liga Indonesia
Melihat keberhasilan Liga Inggris, peraturan serupa dapat dipertimbangkan untuk liga domestik seperti BRI Super Leagu. Penerapan aturan ini bisa mendorong klub-klub Indonesia meningkatkan pengembangan pemain lokal dan membatasi ketergantungan pada pemain asing, sehingga kualitas sepak bola nasional dapat terangkat secara berkelanjutan.