La Grande Cap Pengecut ke Alex Pastoor Usai Sebut Piala Dunia Tak Realistis

source: bolasports
Kelompok suporter La Grande Indonesia mengecam pernyataan Alex Pastoor dan memberi cap “pengecut” setelah mantan asisten pelatih Timnas itu menyebut kans Indonesia ke Piala Dunia 2026 tidak realistis.
Pernyataan Pastoor terungkap melalui wawancara dengan media Belanda, Voetbal Internationaal, yang memicu gelombang pro dan kontra di media sosial. Sikap tim kepelatihan yang tidak menyapa suporter usai laga melawan Irak makin memperuncing reaksi publik.
Pernyataan Alex Pastoor
Alex Pastoor, yang pada masa itu menjabat sebagai asisten Patrick Kluivert, menyampaikan pandangannya terkait peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia setelah menerima surat pemecatan sebagai asisten pelatih.
Dalam wawancara dengan Voetbal Internationaal, Pastoor menyatakan, “Tentu akan sangat bagus kalau (Timnas Indonesia) bisa lolos ke Piala Dunia, tapi ya sebagai peringkat 119 dunia, itu tidaklah mudah ataupun realistis,” yang kemudian viral dan memicu reaksi keras dari suporter.
Reaksi Suporter dan Media Sosial
Ungkapan Pastoor memicu beragam respons di jagat maya; ada yang mendukung pandangannya, namun banyak pula yang merasa tersinggung. La Grande Indonesia, kelompok suporter yang dikenal fanatik, memberi cap keras terhadap Pastoor lewat unggahan di X.
Selain menyoroti pernyataan itu, La Grande menilai sikap tim kepelatihan pada momen usai kemenangan Irak memperparah keadaan. Mereka keberatan karena tim memilih tetap berada di bench dan tidak menyapa atau mengucapkan terima kasih kepada suporter yang hadir.
Kejadian Setelah Kekalahan Lawan Irak
Insiden yang dimaksud terjadi setelah laga melawan Irak pada Minggu, 12 Oktober 2025, saat skuad Timnas Indonesia gagal melaju ke babak berikutnya dan suporter tampak kecewa di tribun.
La Grande menilai bahwa tindakan tim kepelatihan yang tidak mendekati dan menyapa pendukung yang kecewa merupakan alasan tambahan menyematkan cap “pengecut” kepada Alex Pastoor dan timnya.
Dampak dan Perbincangan Publik
Pernyataan tersebut tetap menjadi bahan perbincangan di media sosial dan forum publik, dengan opini yang terbagi antara menerima kajian realistis berdasarkan ranking FIFA dan menolak nada yang dinilai menjatuhkan moral pendukung.
Berbagai komentar terkait insiden ini terus bermunculan, mencerminkan ketegangan antara ekspektasi suporter dan penilaian profesional dari pelatih atau staf kepelatihan.
