Krisis RAM Dongkrak Harga HP Xiaomi, Produsen Smartphone Lain Diprediksi Ikut Naikkan Harga
Kenaikan harga ponsel pintar, khususnya dari merek Xiaomi, telah menjadi kenyataan pahit bagi konsumen di penghujung tahun 2025. Lonjakan harga ini dipicu oleh krisis pasokan chip memori RAM global yang semakin parah, yang utamanya disebabkan oleh tingginya permintaan dari sektor kecerdasan buatan (AI) dan pusat data. Kondisi ini diperkirakan akan memicu gelombang kenaikan harga pada merek-merek ponsel lainnya di sepanjang tahun 2026.
Xiaomi 17 Ultra, model unggulan terbaru dari raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut, telah diluncurkan dengan banderol harga yang lebih tinggi. Di pasar domestik Tiongkok, harga Xiaomi 17 Ultra varian 12/256GB mencapai 6.999 yuan, naik hampir 10% atau 500 yuan dibandingkan pendahulunya, Xiaomi 15 Ultra. Situasi ini menjadi indikasi awal dampak signifikan dari kelangkaan chip memori yang diperkirakan akan melanda seluruh industri smartphone.
Dampak Krisis RAM pada Biaya Produksi
Kelangkaan chip memori, termasuk DRAM dan NAND flash, telah menyebabkan harga komponen ini melonjak drastis. Laporan menunjukkan bahwa harga DRAM dan NAND flash telah naik hingga 30% dalam dua kuartal terakhir tahun 2025. Produsen chip besar dunia, seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron, memprioritaskan alokasi pasokan untuk sektor AI dan server, di mana margin keuntungan jauh lebih tinggi. Akibatnya, pasokan chip memori untuk perangkat konsumen seperti smartphone menjadi sangat terbatas.
Presiden Xiaomi, Lu Weibing, telah berulang kali memperingatkan tentang tekanan biaya produksi yang semakin berat akibat kenaikan harga chip memori. Ia menegaskan bahwa penyesuaian harga adalah langkah yang tak terhindarkan untuk menjaga kelangsungan produksi.
Komponen DRAM sendiri menyumbang sekitar 20% dari total biaya material (Bill of Materials/BOM) sebuah smartphone, sehingga lonjakan harganya memiliki dampak langsung pada harga jual akhir. Beberapa laporan bahkan menyebutkan bahwa harga chip memori Samsung telah naik hingga 60% antara September dan November 2025.
Proyeksi Kenaikan Harga dan Penurunan Spesifikasi
Lembaga riset pasar global memproyeksikan bahwa kenaikan harga ini tidak hanya terbatas pada Xiaomi. Counterpoint Research memperkirakan pengiriman smartphone global pada tahun 2026 akan menyusut sekitar 2,1%, sementara harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) HP diperkirakan melonjak hingga 6,9%. IDC bahkan memproyeksikan kenaikan ASP smartphone bisa mencapai 3% hingga 8% pada tahun 2026.
Biaya komponen untuk ponsel kelas bawah telah naik 20-30% sejak awal 2025, sementara ponsel kelas menengah dan flagship masing-masing mengalami kenaikan 15% dan 10%. Harga memori diprediksi masih bisa naik hingga 40% lagi hingga kuartal kedua 2026.
Kenaikan harga ini akan menimbulkan dilema bagi produsen ponsel, terutama di segmen menengah dan bawah yang memiliki margin keuntungan lebih tipis. Mereka harus memilih antara menaikkan harga jual atau memangkas spesifikasi perangkat. Opsi pemangkasan spesifikasi dinilai lebih realistis untuk menjaga daya saing harga.
Hal ini dapat berarti ponsel entry-level akan kembali menggunakan RAM 4GB, sementara model kelas menengah mungkin akan menetapkan batas di 6-8GB, mengurangi opsi 12GB. Bahkan, ponsel flagship pun diprediksi akan mempertahankan RAM di 12GB alih-alih meningkatkannya ke 16GB untuk mengelola biaya.
Respons Brand Lain dan Pasar Global
Merek-merek ponsel lain diperkirakan akan mengikuti jejak Xiaomi dalam menaikkan harga produk mereka mulai awal tahun 2026. Samsung, meskipun memiliki cadangan kas yang besar dan perjanjian pasokan jangka panjang, juga tidak kebal terhadap dampak krisis ini. Perusahaan tersebut dikabarkan telah menetapkan target penjualan Galaxy S26 series dan Galaxy Z Fold8/Flip8 10% lebih tinggi dari generasi sebelumnya, yang ditafsirkan sebagai upaya untuk mengimbangi penurunan margin akibat kenaikan biaya produksi.
Apple juga diperkirakan akan terpengaruh, dengan laporan yang menyebutkan bahwa biaya komponen memori untuk iPhone akan meningkat signifikan pada kuartal pertama 2026, yang dapat menyebabkan Apple mengevaluasi ulang strategi harga atau mengurangi diskon pada model lama.
Sementara itu, produsen ponsel Tiongkok lainnya seperti Honor, Oppo, dan Vivo diprediksi akan menghadapi kondisi yang lebih sulit dan mengalami penurunan volume pengiriman yang lebih signifikan dibandingkan perkiraan awal. Fenomena ini bahkan dijuluki “RAMageddon” oleh beberapa media teknologi, menggambarkan tekanan ekstrem pada pasar memori global.
Dampak dari krisis RAM ini tidak hanya terbatas pada industri smartphone, tetapi juga meluas ke pasar PC dan laptop. Para analis memperingatkan bahwa konsumen di seluruh dunia harus bersiap menghadapi harga perangkat elektronik yang lebih mahal dan kemungkinan penurunan spesifikasi di tahun-tahun mendatang, setidaknya hingga akhir 2027, kecuali jika ada perubahan signifikan dalam dinamika pasokan dan permintaan chip memori.