Kandas di Korea Open 2025, Anthony Ginting Kritik BWF Soal Lapangan Tanpa IRS

Anthony Ginting (Foto: dok PBSI)
Anthony Sinisuka Ginting harus mengakhiri perjalanan di Korea Open 2025 pada babak 16 besar. Kekalahan ini meninggalkan rasa kecewa sekaligus unek-unek yang disampaikan Ginting kepada Badan Bulutangkis Dunia (BWF) terkait kualitas lapangan yang tidak dilengkapi dengan Instant Replay System (IRS).
Dalam pertandingan babak kedua yang berlangsung di Suwon Gymnasium, Kamis (25/9/2025), Ginting bertemu dengan unggulan ketujuh asal Jepang, Kenta Nishimoto. Meskipun berusaha keras, Ginting harus mengakui keunggulan Nishimoto dengan skor 18-21 dan 19-21.
Insiden di Lapangan dan Kritik Ginting kepada BWF
Ginting menyoroti insiden penting selama pertandingan yang menurutnya cukup merugikan. “Saya sempat mengejar poin, tapi ada kejadian yang kurang menyenangkan. Bola saya jelas masuk, tapi teriakan lawan sebelum bola menyentuh karpet membuat wasit garis terkejut dan langsung memutuskan bola keluar,” ucap Ginting melalui pernyataan resmi dari federasi.
Peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 ini berharap federasi bulutangkis dunia dapat lebih memperhatikan kualitas lapangan, khususnya yang tidak dilengkapi dengan IRS. Menurutnya, keberadaan sistem ini sangat vital untuk memastikan keputusan yang adil dan menghindari kerugian pemain.
Performa Ginting dan Harapan ke Depan
Ginting mengakui bahwa pada gim kedua ia terlalu banyak terjebak dalam permainan lawan. “Saya sudah mencoba berbagai strategi sejak awal hingga akhir, tapi pada gim kedua saya terlalu banyak mengikuti permainan Kenta,” jelasnya.
Meski kalah, performa Ginting di Korea Open kali ini menunjukkan peningkatan dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya. Sejak kembali bertanding pada pertengahan Juli 2025, ia kerap kandas lebih awal, termasuk di babak 32 besar pada Japan Open, China Open, Kejuaraan Dunia, Hong Kong Open, dan China Masters.
Ginting berharap BWF dapat memberikan perhatian khusus dan melakukan perbaikan terkait fasilitas lapangan, terutama di lapangan pinggir yang selama ini belum dilengkapi dengan Instant Replay System. Harapan ini ditujukan agar kejadian serupa tidak terulang dan keadilan bagi para pemain dapat terjamin.
