FIFA Tegaskan Sanksi Berat untuk Pemain Naturalisasi Palsu Timnas Malaysia

Sumber: AFP via Getty Images/FABRICE COFFRINI
FIFA memberikan sanksi tegas kepada tujuh pemain naturalisasi palsu Timnas Malaysia dengan larangan bermain selama satu tahun. Langkah ini menunjukkan bahwa FIFA tidak main-main dalam menanggapi kasus naturalisasi yang melanggar aturan.
Kasus ini mencuat setelah penyelidikan FIFA mengungkap bahwa ketujuh pemain tersebut tidak memiliki darah keturunan Malaysia, meskipun Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) mengklaim bahwa kakek atau nenek mereka lahir di Malaysia.
Fakta Baru dari Penyelidikan FIFA
FIFA melakukan pengecekan dokumen resmi di kantor catatan sipil di Spanyol, Argentina, dan Brasil. Hasilnya, tidak ditemukan bukti valid yang menghubungkan leluhur para pemain dengan negara Malaysia. Hal ini menegaskan bahwa dokumen yang diajukan FAM tidak akurat dan merupakan pemalsuan.
Ketujuh pemain yang terkena sanksi adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano.
Sanksi dan Dampaknya bagi FAM dan Pemain
Selain larangan bermain selama 12 bulan, FIFA juga menjatuhkan denda kepada FAM sebesar 350 ribu Swiss Franc (sekitar Rp 7,3 miliar). Sementara itu, masing-masing pemain didenda 2.000 Swiss Franc atau sekitar Rp 41 juta.
FAM memiliki waktu tiga hari untuk mengajukan banding ke Komite Banding FIFA dan lima hari setelahnya untuk menyerahkan berkas lengkap. Kabarnya, asosiasi tersebut juga sedang mempersiapkan langkah ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
FIFA Tegaskan Sikap Tanpa Toleransi
FIFA menegaskan bahwa mereka membuka peluang bagi negara manapun yang ingin melakukan naturalisasi pemain, asalkan semua syarat dipenuhi dengan benar dan transparan. Namun, jika terbukti melanggar, FIFA akan memberikan sanksi berat sebagai tindakan pencegahan dan edukasi bagi komunitas sepak bola global.
Dalam pernyataannya, FIFA menyatakan, “Menyajikan dokumen palsu untuk memenuhi kelayakan bermain di tim nasional merupakan bentuk kecurangan yang tidak dapat ditoleransi. Perilaku semacam ini merusak kepercayaan terhadap keadilan kompetisi dan mengancam esensi sepak bola yang harus berdasar pada kejujuran dan transparansi.”
