Logo

Bitcoin Anjlok ke Level Terendah dalam 7 Bulan: Penguatan Dolar dan Tekanan Wall Street Picu Aksi Jual

Catur Ariadi
Catur Ariadi
18 November 20250
Bitcoin Anjlok Ke Level Terendah Dalam 7 Bulan Penguatan Dolar Dan Tekanan Wall Street Picu Aksi Jual

Foto: Pixabay / IgorShubin

Iklan

Bitcoin kembali terjun ke posisi terendah dalam tujuh bulan pada perdagangan Senin (17/11), mencatat penurunan tajam di tengah gejolak pasar global. Aset kripto terbesar itu sempat meluncur ke bawah US$92.000 atau sekitar Rp1,47 miliar, memperpanjang koreksi hampir 30 persen selama enam minggu terakhir.

Penurunan ini terjadi saat investor mengurangi eksposur pada aset berisiko menyusul sentimen makroekonomi yang memburuk dan penguatan mata uang AS. Koreksi tajam mencerminkan menurunnya selera risiko setelah reli besar sejak April dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan serta data ekonomi global.

Tekanan Dari Wall Street

Pelemahan Bitcoin berbarengan dengan koreksi mayoritas indeks utama di Wall Street. Indeks S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones turun antara 0,9 persen hingga 2 persen pada hari yang sama, seiring kekhawatiran terhadap daya beli konsumen AS yang melemah dan sikap investor yang lebih konservatif menjelang akhir tahun.

Pergerakan saham sektor teknologi menampilkan kontras tajam. Beberapa perusahaan justru mencetak penguatan, namun ada juga yang anjlok setelah penurunan peringkat analis. Kondisi ini mendorong investor mengurangi posisinya pada instrumen spekulatif, termasuk pasar kripto yang sensitif terhadap perubahan sentimen.

Penguatan Dolar dan Peningkatan Volatilitas

Dolar AS kembali menguat terhadap hampir semua mata uang utama, memberikan tekanan tambahan pada aset berisiko. Yen Jepang melemah melampaui level 155 per dollar AS, mendekati titik terlemah dalam dua dekade terakhir.

Volatilitas pasar juga meningkat. Indeks VIX menutup pada level tertinggi sebulan dan menjadi salah satu penutupan tertinggi sejak Mei, menandakan kecemasan pelaku pasar. Volatilitas jangka pendek pada pasangan euro/dollar mencapai level tertinggi sebulan.

Sementara itu, komoditas bergerak mixed: harga minyak turun sekitar 0,3 persen, emas melemah 1,4 persen, dan imbal hasil Treasury AS terkoreksi tipis 1–2 basis poin, mengikuti pola risiko global yang menurun.

Harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember mulai memudar. Prospek kebijakan moneter yang tetap ketat menyebabkan aksi ambil untung setelah reli besar tahun ini di pasar saham dan kripto.

Para analis menilai bahwa koreksi harga Bitcoin kali ini bukan semata-mata fenomena teknikal, melainkan juga cerminan menurunnya minat risiko investor di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat.

Situasi Ekonomi Asia: Jepang Kontraksi, China Hadapi Deflasi

Rilis data ekonomi Asia menambah kompleksitas sentimen pasar. Jepang melaporkan kontraksi PDB kuartal III/2025 sebesar 1,8 persen, kontraksi pertama dalam enam kuartal meski lebih baik dibanding prediksi penurunan 2,5 persen. Laporan ini memicu perdebatan soal kebutuhan stimulus fiskal baru.

Di China, tekanan struktural masih terasa. Inflasi konsumen sedikit positif pada Oktober, tetapi harga produsen turun selama 37 bulan berturut-turut, menggarisbawahi risiko deflasi. Investasi aset tetap turun 1,8 persen, catatan penurunan terdalam dalam tiga dekade di luar masa pandemi.

Kelebihan kapasitas industri dan persaingan harga mendorong produsen China lebih mengandalkan ekspor, termasuk kendaraan listrik dan panel surya. Dampaknya, surplus manufaktur diproyeksikan meningkat signifikan, sementara harga ekspor yang lebih rendah berpotensi menekan harga domestik di negara lain.

Indikator yang Dinantikan Pasar Pekan Ini

Pelaku pasar kini menantikan serangkaian rilis data yang berpotensi menentukan arah selanjutnya, antara lain risalah rapat RBA Australia, data pesanan barang tahan lama AS, arus modal TICS, serta pidato pejabat Federal Reserve.

  • Risalah RBA Australia
  • Data pesanan barang tahan lama AS
  • Arus modal TICS
  • Pidato sejumlah pejabat Federal Reserve

Ketidakpastian kebijakan dan data ini diperkirakan mempertahankan volatilitas di pasar kripto, sehingga pergerakan Bitcoin dan aset digital lainnya kemungkinan tetap bergejolak dalam waktu dekat.

Iklan
Iklan