Detak.Media — Pertarungan politik dan olahraga kini semakin memanas menjelang Piala Dunia 2026. Pemerintah Amerika Serikat secara tegas menolak segala upaya yang bertujuan untuk melarang Israel ikut serta dalam ajang sepak bola terbesar di dunia tersebut. Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan internasional setelah laporan PBB menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Ketegangan ini menambah dinamika yang sudah kompleks, di mana isu kemanusiaan dan politik berbaur dengan dunia olahraga. Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada menjadi panggung utama dari kontroversi ini.
AS Keras Tolak Larangan Israel di Piala Dunia
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan kepada BBC Sport bahwa mereka “akan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan setiap upaya yang mencoba melarang tim nasional Israel berlaga di Piala Dunia.” Pernyataan ini menegaskan posisi AS sebagai salah satu pendukung utama partisipasi Israel di ajang internasional tersebut.
UEFA dan Tekanan dari Negara-Negara Eropa
Sementara itu, di Eropa, UEFA tengah mempertimbangkan kemungkinan menangguhkan Israel dari kompetisi internasional. Seorang pejabat senior dari salah satu asosiasi anggota UEFA mengungkapkan bahwa kepemimpinan UEFA ingin ada tindakan nyata, meskipun belum ada keputusan resmi atau jadwal pengambilan keputusan. Tekanan dari berbagai negara anggota semakin menguat dibandingkan bulan sebelumnya.
Israel dijadwalkan melawan Norwegia di Oslo pada 11 Oktober dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026. Presiden Federasi Sepak Bola Norwegia, Lise Klaveness, menyatakan bahwa mereka harus menerima partisipasi Israel, namun tidak bisa bersikap netral terhadap penderitaan kemanusiaan yang terjadi, terutama serangan tidak proporsional terhadap warga sipil di Gaza.
Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) juga menyampaikan keprihatinan menjelang pertandingan melawan Israel di Udine pada 14 Oktober.
Desakan Sanksi dan Tuduhan Genosida
Laporan PBB menyebut ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan empat dari lima tindakan genosida menurut hukum internasional telah dilakukan Israel sejak konflik meletus pada 2023. Panel pakar hak asasi manusia PBB mendesak FIFA dan UEFA untuk menangguhkan Israel dari sepak bola internasional dengan alasan bahwa olahraga harus menolak normalisasi situasi tersebut.
Respons Israel dan Perkembangan Terbaru
Israel dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Kementerian Luar Negeri Israel menyebut laporan PBB sebagai “distorsi dan kebohongan”, menegaskan bahwa operasi militernya di Gaza merupakan tindakan pembelaan diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sedikitnya 65.419 orang telah meninggal dunia sejak konflik berlangsung. Data ini juga menjadi rujukan utama PBB dalam laporan mereka.
Desakan agar Israel dilarang berlaga semakin kuat, bahkan UEFA dikabarkan bisa menggelar pemungutan suara pekan depan. Namun, hingga kini belum ada pertemuan resmi yang dijadwalkan. Dalam klasemen grup kualifikasi, Israel berada di posisi ketiga dengan sembilan poin, tertinggal enam poin dari Norwegia di puncak.
Seruan Perlakuan Serupa Seperti Rusia
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menyerukan agar Israel diperlakukan sama seperti Rusia, yang sejak invasi ke Ukraina pada 2022 dilarang tampil di ajang internasional. Sanchez menegaskan, “Israel tidak bisa terus menggunakan panggung internasional untuk memperbaiki citranya.” Pernyataan ini muncul bersamaan dengan gelombang protes pro-Palestina di Spanyol, termasuk pembatalan etape terakhir balap sepeda Vuelta a España setelah demonstran memasuki rute balapan di Madrid.
Aksi Protes di Berbagai Negara
Gelombang protes juga terjadi di Thessaloniki, Yunani. Para pendukung klub PAOK mengibarkan bendera Palestina dan membentangkan spanduk bertuliskan “Stop the genocide” serta “Show Israel the red card” saat menghadapi Maccabi Tel Aviv di Liga Europa. Mereka juga meneriakkan yel-yel “Free Palestine” sebagai respons atas pengibaran bendera Israel oleh para penggemar Maccabi.
Sebelumnya, kelompok pendukung dan aktivis di kota tersebut menyerahkan lebih dari 1.900 tanda tangan ke UEFA sebagai dukungan petisi menolak keterlibatan Israel. Petisi tersebut berbunyi: “Tidak ada fair play dengan wakil dari genosida.” Pertandingan PAOK melawan Maccabi sendiri dianggap berisiko tinggi karena konflik di Gaza. Klub tuan rumah mengingatkan suporter bahwa pengibaran spanduk atau atribut politik dapat berujung pada sanksi berat.
Maccabi Tel Aviv dijadwalkan bertandang ke Inggris untuk melawan Aston Villa di Liga Europa pada 6 November mendatang.