Analis Wall Street Prediksi Ethereum Masuki Era “Supercycle”, Pasar Kripto Terbelah

Foto: Pixabay / Ageless Finance
Prediksi terbaru dari analis Wall Street Tom Lee menyatakan bahwa Ethereum berpotensi memasuki fase ‘supercycle’ yang bisa meniru lonjakan besar Bitcoin pada 2017. Pernyataan ini segera memicu perdebatan di kalangan investor dan komunitas kripto, dengan pandangan yang terbagi antara optimisme dan skeptisisme.
Di satu sisi, Lee menyoroti data on-chain dan akumulasi institusi sebagai sinyal awal. Di sisi lain, pengamat dan influencer meragukan keunggulan Ethereum dibanding pesaing yang menawarkan transaksi lebih cepat dan biaya lebih rendah.
Dasar Prediksi Tom Lee
Tom Lee, yang dikenal sebagai Ketua Eksekutif BitMine Immersion Technologies dan Kepala Riset Fundstrat Global Advisors, menyebutkan bahwa Ethereum berpotensi mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa tahun mendatang, meski jalurnya diprediksi tidak mulus.
Lee mengutip sejarah Bitcoin sebagai contoh bahwa pasar kripto dapat memberi imbal hasil besar bagi investor yang sabar, meskipun harus melewati periode koreksi tajam. Selama sekitar 8,5 tahun terakhir, Bitcoin tercatat mengalami beberapa koreksi besar:
- Koreksi lebih dari 50% sebanyak enam kali
- Koreksi lebih dari 75% sebanyak tiga kali
Lee menekankan bahwa volatilitas tinggi mencerminkan ekspektasi pasar terhadap potensi masa depan aset digital, dan investor yang bertahan melewati momen-momen krusial dapat memperoleh keuntungan besar.
Respons Skeptis Komunitas
Tidak semua pihak menyambut prediksi Lee. Seorang influencer kripto populer dengan akun “The Bitcoin Therapist” mempertanyakan keunggulan Ethereum dibanding ratusan koin digital lain dan menilai adopsi oleh lembaga keuangan tradisional belum pasti.
“Saya tidak akan pernah mau menyimpan aset saya di blockchain Ethereum,” terang The Bitcoin Therapist yang kami kutip dari Liputan6.com, Selasa (18/11), pernyataannya menunjukkan keraguan atas keamanan atau utilitas jaringan bagi beberapa pelaku pasar.
Selain itu, pengamat pasar menyoroti persaingan ketat dari blockchain lain seperti Solana yang menawarkan kecepatan transaksi lebih tinggi dan biaya lebih rendah, sehingga memunculkan pertanyaan fundamental tentang utilitas Ethereum di masa depan.
Indikator Fundamental dan Aktivitas On-Chain
Meski skeptisisme masih kuat, Lee menggarisbawahi sejumlah indikator yang mendukung tesisnya. Pertumbuhan aktivitas on-chain pada jaringan Ethereum dan solusi layer-2 menunjukkan peningkatan penggunaan jaringan.
Data on-chain juga menunjukkan bahwa dompet jangka panjang Ethereum naik signifikan sepanjang 2025, yang dianggap sebagai tanda akumulasi oleh investor yang memegang aset untuk jangka panjang.
Partisipasi institusi menjadi faktor penting. BitMine, perusahaan yang dipimpin Lee, tercatat memegang sekitar 2,74% dari total pasokan Ethereum, sebuah sinyal bahwa beberapa entitas institusional mulai menaruh perhatian pada potensi Ethereum.
Lee bahkan menyamakan periode ini dengan sebuah ‘1971 moment’ bagi Ethereum, merujuk pada perubahan besar dalam lanskap keuangan ketika AS meninggalkan standar emas, sebagai analogi inovasi potensial dalam ekosistem digital.
Risiko dan Prospek Jangka Pendek
Lee memperingatkan adanya risiko likuiditas jangka pendek, terutama tekanan dari market maker besar yang berpotensi memicu koreksi harga. Ia menilai tekanan semacam itu bersifat sementara dan tidak akan menggagalkan potensi ‘supercycle’ jika faktor fundamental terus menguat.
Saat ini, pasar menunggu perkembangan lebih lanjut: apabila aktivitas on-chain terus meningkat dan partisipasi institusi meluas, tesis supercycle akan memiliki dasar yang lebih kuat. Namun, jika skeptisisme mengenai utilitas Ethereum dan persaingan dari blockchain lain berlanjut, prediksi kenaikan signifikan bakal menghadapi hambatan nyata.
