Alex Marquez Akui Marc Marquez Punya Kelebihan yang Sulit Disamai Rider Lain

Sumber: Getty Images/Steve Wobser
Tak ada sosok yang memahami kehebatan Marc Marquez lebih baik dari adiknya sendiri, Alex Marquez. Musim MotoGP 2025 menjadi panggung luar biasa bagi keluarga Marquez, dengan Marc tampil dominan dan Alex menjadi pesaing terdekatnya sepanjang musim.
Marc, yang menjalani musim debut bersama tim pabrikan Ducati, tampil memukau dengan performa konsisten dan agresif di setiap lintasan. Sementara itu, Alex yang membela Gresini Racing menggunakan motorGP 2024 sukses menutup musim dengan prestasi bersejarah sebagai runner-up kejuaraan dunia.
Dalam tujuh balapan beruntun, Alex finis kedua, enam di antaranya di belakang Marc. Ia akhirnya mencatat kemenangan penting di Jerez, menjadi pembalap pertama yang mengalahkan sang kakak dalam satu balapan grand prix penuh.
Meski kemenangan di Jerez datang setelah Marc melakukan kesalahan, Alex kemudian membuktikan kualitasnya dengan kemenangan bersih pada Sprint Race di Silverstone. Namun, sang kakak dengan cepat membalas melalui rentetan 14 kemenangan beruntun, yang mengantarkannya pada gelar juara dunia pertamanya sejak 2019.
Gelar Juara Dunia dan Cedera Sang Kakak
Dominasi Marc Marquez baru terhenti di Sirkuit Katalonia, ketika Alex sukses mematahkan rantai kemenangan kakaknya. Kendati demikian, Marc tetap memastikan gelar juara dunia di Motegi, Jepang tempat yang punya kenangan khusus bagi keluarga Marquez.
Sayangnya, perayaan itu tak berlangsung lama. Marc mengalami cedera bahu serius di Mandalika, Indonesia, yang membuatnya harus menepi hingga musim 2026.
Di sisi lain, Alex menutup musim dengan pencapaian luar biasa: finis kedua pada Sprint di Sepang dan mengamankan kemenangan ketiganya pada balapan utama sehari kemudian. Hasil itu menegaskan posisinya sebagai runner-up dunia, sekaligus membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar “bayangan” dari sang kakak.
Alex: “Marc Hampir Mustahil Dikalahkan”
Dalam wawancara di acara Estrella Galicia, Alex mengungkap betapa sulitnya menghadapi Marc di lintasan.
“Kalau melihat catatannya, Marc tampak seperti tidak bisa dikalahkan,” ujar Alex. “Tapi di dunia balap, tidak ada yang benar-benar tak terkalahkan. Kondisi bisa berubah kapan saja.”
Menurut Alex, kekuatan terbesar Marc adalah kemampuannya menekan setiap lawan hingga ke batas maksimal. “Dengan paket motor yang tepat, dia hampir mustahil dikalahkan dalam satu musim penuh. Kamu bisa menang di beberapa balapan, tapi untuk lebih baik darinya secara keseluruhan? Itu hampir tidak mungkin,” lanjutnya.
Alex juga mengakui bahwa Marc adalah pembalap paling komplet yang pernah ia hadapi.
“Dia cepat, konsisten, dan punya naluri balap yang luar biasa. Setiap kali melawannya, kamu dipaksa keluar dari zona nyaman dan itu membuatmu jadi pembalap yang lebih baik,” tegasnya.
Risiko dan Pengorbanan
Alex bercerita bahwa untuk menandingi kecepatan Marc, ia harus berani mengambil risiko lebih besar. “Awal musim, saya jarang terjatuh di sesi latihan. Tapi setelah lima balapan, saya mulai sering crash karena mencoba menembus batas,” ujarnya.
Menurutnya, itulah satu-satunya cara untuk memahami bagaimana Marc bisa tetap stabil di situasi ekstrem. “Yang membuat saya jatuh, justru bisa ia kendalikan dengan mudah. Ia tahu bagaimana menjaga keseimbangan motor di batas tertinggi. Itulah perbedaannya,” tutur Alex.
Meski kerap jatuh, Alex menganggap pengalaman itu sebagai bagian penting dari proses belajar. “Untuk bisa bersaing dengannya, kamu harus siap gagal. Kalau tidak, kamu tidak akan tahu sejauh mana batas kemampuanmu sendiri,” tambahnya.
Termotivasi untuk Terus Berkembang
Alih-alih tertekan, Alex justru merasa keberadaan Marc di lintasan membuatnya semakin termotivasi “Semakin kuat lawanmu, semakin besar keinginanmu untuk berkembang,” ujarnya. “Kamu bisa iri, atau kamu bisa belajar. Saya memilih untuk belajar, karena itu yang membuatmu menjadi pembalap lebih baik dalam jangka panjang.”
Pembalap kelahiran Lleida, Spanyol, 23 April 1996 itu juga mengaku bangga bisa bersaing dengan para pembalap papan atas Ducati dan Aprilia, meski dengan motor non-pabrikan. “Jujur, saya tidak menyangka bisa mengalahkan pembalap pabrikan. Tapi kerja keras selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil,” ucapnya.
Musim Depan: Tantangan Baru Bersama GP26
Kedua saudara Marquez kini akan kembali berada di atas motor dengan spesifikasi sama. Musim 2026, Alex akan mengendarai Desmosedici GP26 dengan status motor pabrikan bersama Gresini Racing sejajar dengan Marc, Francesco Bagnaia, dan Fabio di Giannantonio.
Dengan persaingan semakin ketat, publik MotoGP menantikan apakah Alex akan mampu menantang dominasi sang kakak secara lebih konsisten.
Namun, bagi Alex sendiri, tujuan utamanya tetap sama: menjadi pembalap yang terus berkembang, bukan sekadar mengalahkan Marc, tetapi menandingi levelnya. “Jika saya bisa mencapai setengah dari apa yang dia capai, itu sudah luar biasa,” pungkasnya dengan senyum.
