7 Hal Penting yang Wajib Dicek Sebelum Membeli Mobil Listrik di Indonesia
Minat masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik (EV) terus menunjukkan grafik peningkatan signifikan, didorong oleh beragam model baru di pasaran dan komitmen pemerintah terhadap elektrifikasi transportasi.
Namun, transisi dari mobil konvensional ke mobil listrik bukanlah keputusan yang bisa diambil secara terburu-buru. Calon pembeli perlu memahami berbagai aspek krusial agar investasi jangka panjang ini selaras dengan kebutuhan dan ekspektasi.
Menjelang akhir tahun 2025, pasar mobil listrik semakin dinamis dengan inovasi teknologi dan penawaran menarik. Penting bagi konsumen untuk melakukan riset mendalam dan menimbang berbagai faktor fundamental sebelum memutuskan untuk memboyong mobil ke garasi rumah. Berikut adalah 7 hal yang wajib Anda cermati sebelum membeli mobil listrik di Indonesia.
1. Pertimbangkan Kebutuhan dan Anggaran Jangka Panjang
Langkah awal yang esensial sebelum membeli mobil listrik adalah menentukan kebutuhan harian dan menyesuaikannya dengan anggaran yang tersedia. Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menegaskan bahwa memilih mobil listrik merupakan investasi jangka panjang, bukan sekadar mengikuti tren sesaat.
Konsumen perlu mempertimbangkan jarak tempuh harian rata-rata, kapasitas penumpang dan barang yang dibutuhkan, serta apakah mobil akan lebih sering digunakan di dalam kota atau untuk perjalanan luar kota. Meskipun harga pembelian awal mobil listrik cenderung lebih tinggi dibandingkan mobil bensin, biaya operasional dan perawatannya jauh lebih hemat dalam jangka panjang.
Sebagai ilustrasi, biaya listrik untuk menempuh 100 km bisa 3-4 kali lebih murah dibanding bahan bakar minyak (BBM). Analisis menunjukkan bahwa mobil listrik lebih unggul dari sisi total biaya kepemilikan dalam jangka panjang berkat efisiensi energi dan biaya perawatan yang rendah. Beberapa dealer bahkan menyediakan kalkulator digital untuk membantu menghitung total biaya kepemilikan selama 5-10 tahun.
2. Pahami Spesifikasi dan Teknologi Baterai
Baterai merupakan jantung utama mobil listrik, menyumbang sekitar 30-40% dari total harga kendaraan. Oleh karena itu, memahami spesifikasi baterai menjadi sangat krusial. Perhatikan kapasitas baterai (dalam kWh), jarak tempuh maksimal per pengisian penuh (range), dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian daya.
Pada tahun 2025, teknologi baterai terus mengalami revolusi. Baterai solid-state (SSB) menjadi inovasi paling menjanjikan, menawarkan kapasitas energi lebih besar, pengisian lebih cepat, dan risiko kebakaran lebih rendah dibandingkan baterai lithium-ion konvensional.
Produsen seperti Toyota, BMW, dan Nissan sedang mengembangkan EV dengan SSB yang diklaim mampu menempuh hingga 1.000 km per pengisian penuh dan mengisi daya hingga 80% dalam 10 menit. MG Motor juga berencana meluncurkan mobil listrik dengan baterai solid-state pada tahun 2025.
3. Periksa Infrastruktur Pengisian Daya di Lingkungan Anda
Ketersediaan infrastruktur pengisian daya merupakan salah satu pertimbangan utama. Calon pembeli harus memastikan memiliki akses mudah ke Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) baik di rumah maupun di area mobilisasi harian.
Hingga pertengahan 2025, PLN dan berbagai perusahaan swasta telah membangun lebih dari 1.400 titik SPKLU di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. Namun, jumlah ini masih jauh dari target ideal 10.000 titik pengisian publik yang dibutuhkan untuk penggunaan praktis di seluruh wilayah.
PLN sendiri menargetkan penambahan 1.100 SPKLU hingga mencapai total 4.300 unit pada akhir 2025, dan target 6.278 unit pada akhir 2025. Per Maret 2025, PLN telah mendirikan 3.772 SPKLU untuk roda empat.
Rasio EV terhadap pengisi daya di Indonesia saat ini adalah 21:1, di atas praktik terbaik internasional 17:1. Solusi paling praktis bagi pemilik mobil pribadi adalah memiliki home charging station, dengan PLN menyediakan paket pemasangan daya tambahan khusus.
4. Manfaatkan Insentif dan Subsidi Pemerintah
Pemerintah Indonesia terus berkomitmen mendorong adopsi kendaraan listrik melalui berbagai insentif fiskal. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 (PMK-12/2025) yang berlaku sejak Februari 2025, pemerintah memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 10% untuk mobil listrik dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40%.
Selain itu, ada juga pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) serta keringanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di beberapa daerah.
Namun, perlu dicatat bahwa insentif impor mobil listrik utuh atau Completely Built Up (CBU) akan dihentikan sepenuhnya pada 31 Desember 2025. Kebijakan ini merupakan sinyal kuat pemerintah untuk mendorong produsen berinvestasi dan memproduksi unit secara lokal di Indonesia.
5. Perhatikan Layanan Purna Jual dan Garansi Baterai
Layanan purna jual yang memadai dan garansi baterai adalah faktor penting yang kerap diabaikan. Pastikan merek mobil pilihan Anda memiliki jaringan service center yang luas dan siap melayani perawatan EV. Garansi baterai menjadi sangat krusial mengingat biaya penggantian baterai yang tinggi.
Sebagian besar pabrikan memberikan garansi baterai hingga delapan tahun atau 160.000 km. Beberapa merek seperti Wuling dan Neta bahkan menawarkan garansi baterai seumur hidup untuk unit terbatas sebagai bagian dari program “Worry Free” mereka.
Saat membeli, tanyakan secara spesifik mengenai cakupan garansi, syarat dan ketentuan, serta ketersediaan suku cadang. Untuk mobil bekas, pemeriksaan State of Health (SOH) baterai sangat penting, karena mobil dengan SOH di atas 85-90% umumnya memiliki harga jual yang lebih baik.
6. Evaluasi Fitur Keamanan Canggih
Mobil listrik modern dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan canggih yang wajib Anda pertimbangkan. Sistem Bantuan Pengemudi Tingkat Lanjut (ADAS) seperti pengereman darurat otomatis, peringatan tabrakan, dan bantuan penjaga jalur kini menjadi standar di banyak model EV.
Fitur lain yang penting termasuk sensor 360 derajat, kamera AI, sistem pengereman regeneratif yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga keamanan, serta perlindungan baterai yang lebih canggih.
Beberapa merek seperti MG Motor juga menyematkan teknologi i-SMART yang memungkinkan pemantauan kendaraan secara real-time dan notifikasi jarak jauh, termasuk fitur anti-maling. Memilih kendaraan dengan fitur keamanan terbaik akan memberikan perlindungan tambahan bagi pengemudi dan penumpang di setiap perjalanan.
7. Pertimbangkan Nilai Jual Kembali (Resale Value)
Kekhawatiran mengenai nilai jual kembali (resale value) mobil listrik masih menjadi pertanyaan di benak calon pembeli, mengingat teknologi yang terus berkembang pesat. Faktanya, nilai jual kembali mobil elektrifikasi cenderung lebih fluktuatif dibandingkan mobil bensin, terutama pada fase awal perkembangan EV di Indonesia.
Dalam tiga tahun pertama pemakaian, depresiasi bisa mencapai 20-30%. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi baterai yang cepat membuat model lama terasa cepat tertinggal, serta penyesuaian harga mobil baru oleh produsen untuk bersaing.
Namun, tren ini mulai berubah seiring meningkatnya populasi EV dan kepercayaan konsumen. Beberapa produsen telah proaktif menawarkan program jaminan nilai jual kembali. Contohnya, Hyundai Ioniq 5 menawarkan kemudahan klaim Resale Value Guarantee untuk pembelian mobil baru.
Memilih model yang populer, dengan kondisi baterai yang baik (SOH tinggi), dan masih dalam masa garansi pabrik akan membantu mempertahankan nilai jual kembali yang lebih stabil.