Logo

6 Jenis Baterai Mobil Listrik: Simak Perbandingan Teknologi dari NiMH, Li-ion, hingga Solid-State

Catur Ariadi
Catur Ariadi
17
6 Jenis Baterai Mobil Listrik Simak Perbandingan Teknologi Dari Nimh Li Ion Hingga Solid State

Foto: RawPixel

Iklan

Jantung performa sebuah mobil listrik tak lepas dari teknologi baterai yang ditanamkan. Dalam industri otomotif yang kian berakselerasi menuju elektrifikasi, pemilihan jenis baterai menjadi krusial, menentukan segalanya mulai dari efisiensi energi, daya tahan, hingga biaya produksi akhir kendaraan.

Tak heran jika pabrikan otomotif memiliki preferensi beragam, mencerminkan strategi dan target pasar masing-masing. Dari teknologi lawas seperti Sealed Lead Acid (SLA) hingga inovasi mutakhir solid-state, pasar global kini didominasi oleh baterai lithium-ion (Li-ion) yang menjadi standar umum, mulai dari model terjangkau seperti Wuling Air EV hingga segmen premium semisal Toyota bZ4X.

Namun, di balik dominasi itu, apa saja pilihan lain yang pernah atau masih digunakan?

Nickel-Metal Hydride (NiMH)

Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH) beroperasi dengan menyimpan energi melalui reaksi hidrogen yang dikombinasikan dengan nikel dan beragam logam lainnya. Teknologi ini sempat menjadi tulang punggung kendaraan hybrid electric vehicle (HEV) generasi awal, seperti yang ditemukan pada beberapa model Toyota Hybrid.

Meskipun bukan pilihan utama untuk mobil listrik murni, NiMH dikenal akan stabilitas dan ketahanannya dalam pemakaian jangka panjang, dengan pengisian daya yang kerap dipengaruhi putaran mesin dan sistem pengereman regeneratif.

Sealed Lead Acid (SLA)

Jenis Sealed Lead Acid (SLA) adalah salah satu teknologi baterai isi ulang tertua yang dikenal karena harganya yang sangat ekonomis, meski bobotnya tergolong berat. Dalam lanskap kendaraan listrik modern, SLA jarang diaplikasikan sebagai sumber tenaga utama.

Kendati demikian, beberapa kendaraan masih memanfaatkannya sebagai penyimpanan daya tambahan atau sistem cadangan untuk perangkat elektronik non-utama. Keunggulan SLA terletak pada kemudahan perawatan dan ketahanannya terhadap fluktuasi suhu ekstrem.

Solid-State

Baterai solid-state merepresentasikan inovasi signifikan dengan mengganti elektrolit cair konvensional menjadi padat, menjanjikan keamanan lebih baik dan potensi kapasitas energi yang jauh lebih besar dalam dimensi yang ringkas. Konsep ini telah lama ada, namun pengembangannya untuk aplikasi mobil listrik baru masif dalam beberapa tahun terakhir.

Raksasa otomotif seperti Toyota aktif menggarap teknologi ini. Diprediksi, jika berhasil diaplikasikan secara luas, baterai solid-state akan menawarkan jarak tempuh yang lebih impresif dan waktu pengisian daya yang jauh lebih singkat dibandingkan lithium-ion.

MG4 Anxin Edition Debut di Guangzhou Auto Show: Usung Baterai Semi-Solid-State dan Jarak Tempuh 530 Km

Nickel-Cadmium (NiCd)

Teknologi Nickel-Cadmium (NiCd) pernah menonjol berkat umur pakai yang panjang dan ketahanan luar biasa terhadap kondisi ekstrem. Namun, kelemahannya terletak pada fenomena “efek memori” yang dapat menurunkan performa jika sering dikosongkan.

Selain itu, kandungan kadmium yang bersifat toksik telah menyebabkan pembatasan ketat, bahkan pelarangan penggunaannya di berbagai sektor. Akibatnya, NiCd kini hampir sepenuhnya ditinggalkan dalam pengembangan mobil listrik modern, digantikan oleh opsi yang lebih ramah lingkungan dan efisien.

Ultracapacitor

Berbeda dengan baterai utama, Ultracapacitor berfungsi sebagai perangkat penyimpanan energi tambahan yang mampu menyalurkan dorongan daya besar dalam waktu sangat singkat. Fitur ini krusial saat mobil membutuhkan akselerasi mendadak atau ketika sistem pengereman regeneratif aktif.

Beberapa kendaraan listrik kontemporer mengintegrasikan ultracapacitor bersama baterai utama, umumnya lithium-ion, guna meningkatkan efisiensi energi dan respons akselerasi, menjadikannya pelengkap vital dalam sistem powertrain.

Lithium-ion (Li-ion)

Tak bisa dimungkiri, baterai lithium-ion (Li-ion) adalah teknologi yang paling mendominasi pasar kendaraan listrik global saat ini. Keunggulannya meliputi efisiensi energi yang tinggi, daya tahan yang memadai, bobot ringan, serta performa stabil di berbagai kondisi operasional.

Selain itu, kemampuan pengisian cepat dan usia pakai yang panjang menjadikan Li-ion pilihan utama bagi mayoritas pabrikan, mengukuhkannya sebagai standar industri untuk era elektrifikasi ini.

Iklan
Iklan