DM – Bicara soal wisata kuliner legendaris di Kota Tanjungpinang, rasanya wajib memasukan Akau Potong Lembu dalam daftar tersebut.
Akau Potong Lembu ini ternyata sudah mewarnai kuliner Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau sejak 1959. Bahkan, Akau Potong Lembu masih menjadi kuliner favorit saat ini.
50 meter sebelum tiba di kawasan Akau, pengunjung akan mencium wangi masakan yang sedap berasal dari puluhan pedagang, yang sedang mengolah bahan makanan.
Rata-rata pedagang Akau Potong Lembu menjual makanan yang sudah legendaris. Seperti Gong-gong, mie miskin, cendol hingga kwetiau.
Salah seorang pedagang, Abdul Gafar alias Apo (47) mengakui, dia telah berdagang di Akau Potong Lembu sejak 6 tahun belakangan ini.
Namun, Apo sudah ikut membantu orang tuanya berdagang sate di Akau, sejak dia masih berseragam SMP. Jadi, dia mengetahui secara persis, bagaimana sejarah Akau.
“Akau”, sesungguhnya bukan lah nama pahlawan, Jalan, atau sebuah tempat yang ada di wilayah setempat. Akau ialah nama pedagang.
Istilah Akau, rupanya diambil dari nama pedagang kopi. Pedagang kopi itu pernah berjualan di Jalan Merdeka, tepatnya di depan Kantor Polsek Tanjungpinang Kota, pada tahun 1959.
“Namanya Ajang, tapi dipanggil Akau. Dia jualan setiap sore di Jalan Merdeka, dan tepat disamping dagangan bapak saya,” ujar Apo, Jum’at (25/2/2023) malam.
Nama Akau, ternyata menjadi termasyhur di telinga warga Tanjungpinang saat itu. Setiap sore menjelang magrib, warga akan berbondong-bodong menuju tempat Akau untuk “ngopi”.
Di tahun itu, tempat Aku berjualan hanya ada 4 gerobak. Lambat laun mulai bertambah, rata-rata yang berdagang ialah warga Tionghoa.
Lantaran banyak pedagang yang bertebaran di Jalan Merdeka, mereka semua dipindahkan oleh Pemerintah ke Jalan Pos, pada tahun 1965.
Namun, nama Akau ternyata tetap digunakan di kawasan berdagang di Jalan Pos Tanjungpinang. Saat itu, Pemerintah memberi nama kawasan kuliner tersebut, sebagai Akau Lama.
“Saat itu ada yang berdagang sate Akau, sate bapak saya, sotong, gonggong bahkan cendol. Makanan itu masih ada saat ini saat ini,” ungkap Apo diselah-selah kesibukannya.
Di tahun 90an, lagi-lagi Pemerintah memindahkan pedagang Akau Lama ditempat yang baru. Saat itu, tempat Akau Lama, yang saat ini sudah menjadi Bintan Mal itu akan dilestarikan.
Pedagang Akau Lama dipindahkan di wilayah Jalan Potong Lembu. Walaupun sudah kerap berpindah, istilah “Akau” tetap digunakan sampai saat ini.
Kini, kawasan kuliner tertua di Kota Tanjungpinang tersebut dikenal dengan Akau Potong lembu.
Walaupun tempat kuliner moderen terus berkembang, Akau Potong lembu tetap populer, dan masih ramai pengunjung hingga sekarang.
Tidak banyak berubah di Akau Potong Lembu saat ini. Tempat makan terbuka, dan menu makanan legendaris tetap bisa disajikan.
Dalam satu malam berjualan di Akau Potong Lembu, Apo mengaku bisa meraup keuntungan sebesar Rp. 250 ribu. Uang itu, ia gunakan untuk menghidupi istri dan 4 orang anaknya.
“Cukup untuk menghidupi keluarga. Terimakasih juga kepada orang tua, yang sudah mengasah mental kita saat berjualan,” kata Apo.
Malam itu, Apo teringat tentang omset yang anjlok saat pendemi covid-19 menerpa Kota Tanjungpinang. Pedagang yang dikenal dengan kwetiau enak tersebut tidak menyerah.
Dia tetap melanjutkan usahanya, hingga tidak sadar telah menyebrangi pendemi covid-19. “Alhamdulilah, saat ini omset sudah membaik lagi,” tukasnya.
Penulis : Mael
Editor: Redaksi
Discussion about this post