DM – Kedai kopi legendaris, tampaknya layak disematkan untuk kedai kopi Damai Baru. Kedai kopi tersebut, merupakan salah satu kedai kopi tertua, di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Kedai kopi ini berlokasi di kawasan Kota Lama. Tepatnya di persimpangan antara Jalan Merdeka dan Jalan Tengku Umar Tanjungpinang.
Tampak dari depan, kedai kopi Damai Baru terlihat biasa saja. Layaknya keda kopi pada umumnya. Namun siapa sangka, kedai kopi itu ternyata telah beroperasi sejak tahun 1958.
Kedai kopi yang memiliki luas kurang lebih 5 kali 6 meter tersebut masih terlihat antik. Berdinding keramik motif kotak kotak warna putih di area dalamnya.
Kedai kopi legendaris ini diketahui milik salah seorang warga Tionghoa Tanjungpinang yakni Acong (72).
Pada area kedai kopi itu, Acong hanya menyediakan tujuh meja. Namun, semua meja yang ada di kedai kopi tersebut, selalu terisi penuh oleh pelanggannya.
Secara kasat mata, memang kedai kopi itu tidak terlalu istimewa. Namun jika sudah mencicipi secangkir kopi yang dihidangkan, pelanggan akan tergiur dengan cita rasa kopi yang diracik Acong.
Apalagi, pelanggan kedai kopi Damai Baru, rata-rata telah berusia senja. Tidak hanya sambil ‘ngopi’, pelanggannya juga ditemani oleh hembusan angin dari kipas angin gantung antik.
“Sudah 65 tahun, sudah masuk ke generasi ke tiga. Kedai kopi ini dibangun sejak jaman kakek, Tahun 1958,” ungkap Acong, Jumat (16/2/2023).
Dalam suasana hangat, pria paruh baya itu tampak sibuk melayani para pelanggan yang terus berdatangan.
Kemudian Acong meracik kopi pesanan pelanggan dengan cara mencurahkan bubuk kopi ke dalam teko aluminium. Teko yang terdapat saringan dan air tersebut, diletakkan di atas kompor lalu direbus.
Sambil menunggu kopi matang, Acong selalu duduk di lorong samping kedai kopinya. Sambil melihat pelanggannya yang sibuk berbual-bual.
Setelah mencium aroma kopi yang sudah matang, Acong lalu beranjak dari kursinya dan kembali ke dapur.
Selanjutnya, Acong menghidangkan kopi pesanan pelanggan. Dia hidangkan kopi tersebut, mengunakan cangkir berbahan kramik, berwarna putih dan terdapat sedikit corak bunga disampingnya.
Dari segi fungsinya, cangkir berbahan keramik tersebut, dapat mempertahankan suhu panas kopi yang diracik Acong.
Pria yang sudah tampak beruban itu terlihat malu-malu, saat ditanya racikan kopi yang ia racik.
“Kalau rasa tergantung kopinya. Kita sekarang, bubuk kopinya beli. Kalau dulu memang, biji kopinya kita masak sendiri,” kata Acong sambil menghidangkan kopi racikannya.
Acong menyampaikan, nama Damai Baru bukanlah nama awal dari kedai kopi tersebut.
Nama pertama kedai kopi Acong adalah kedai kopi ‘Damai’. Acong juga mengaku ruko dua pintu kedai kopinya, pernah direnovasi pada tahun 1983.
Ditengah gempuran kedai kopi modern, kedai kopi jadul milik Acong masih tetap bertahan dan ramai pelanggan. Rata-rata pelanggannya ngopi di kedai kopi Damai Baru sejak tahun 90-an.
Salah seorang pelanggan yakni Edi (60) mengaku telah menikmati kopi Damai Baru, sejak ia berusia 20 tahun. Ia tidak tertarik dengan kedai kopi modern saat ini.
“Sudah dicoba, memang tidak cocok (di lidah Edi). Mungkin, generasi muda bisa, tapi kita tetap mencintai kopi disini,” kata Edi sambil tertawa kecil.
Menurut Edi, rasa kopi di kedai kopi Damai Baru tersebut tidak berubah. Padahal, dia sempat meninggalkan Tanjungpinang selama belasan tahun. Saat kembali, rasa kopi ditempat tersebut memang tidak berubah.
“Kalau sudah kena dilidah, pasti ketagihan. Saya sudah lama ngopi disini, dari bapaknya (orang tua Acong) yang jaga,” tukasnya.
Penulis: Mael
Editor: Redaksi
Discussion about this post