DM – Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Tanjungpinang menyatakan belum menemukan penyakit kulit berbenjol atau Lumpy Skin Disease (LSD), pada hewan ternak di wilayah setempat.
Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Kesehatan Hewan dan Kesehatan masyarakat Veteriner DP3 Tanjungpinang, Wantin Diarni mengatakan pihaknya telah monitoring penyakit tersebut.
Berdasarkan hasil monitoring itu, kata dia petugas medis tidak menemukan tanda klinis LSD, dan negatif LSD berdasarkan surveilans oleh Balai Veteriner Bukit Tinggi.
“Sehingga status Kota Tanjungpinang masih bebas LSD,” ujar Wantin saat dikonfirmasi, Rabu (15/2/2023).
Walau Tanjungpinang bebas LSD, DP3 tetap mengimbau kepada para peternak dan pedagang ternak, untuk tidak membeli atau memasukkan hewan ternak dari daerah yang tertular.
Dia juga mengimbau, agar tidak cepat tergiur dengan harga bibit ternak yang murah. “Harap dalam memasukkan hewan ternak mengikuti aturan yang berlaku, dan menghubungi dinas membidangi peternakan dan kesehatan hewan,” ungkapnya.
Wantin menerangkan, penyakit LSD ini menyerang ternak ruminansia (sapi dan kerbau) melalui gigitan vektor serangga, seperti nyamuk, caplak dan lalat. Penularan penyakit itu dapat terjadi melalui air liur, dan lendir hidung sapi yang terinfeksi.
Sementara gejala klinis nya, yakni sapi atau kerbau mengalami demam tinggi, timbul benjolan pada kulit dengan batas yang jelas. Lalu terdapat keropeng pada hidung dan rongga mulut, demam dan hipersalivasi.
“Kemudian ternak malas bergerak, nafsu makan menurun, pada ternak bunting akan mengalami keguguran dan kemandulan pada ternak jantan,” tukasnya.
Penulis: Mael
Editor: Redaksi
Discussion about this post