DM – Pendampingan pada masyarakat adat Punan Basap membawa Penghargaan Subroto dengan predikat terbaik bagi Berau Coal, perusahaan tambang batubara yang beroperasi di Berau, Kalimantan Timur.
“Kami membantu mengembangkan madu hutan yang diproduksi Orang Punan Basap,” kata Deputy Director Operation HSE and Support Relations PT Berau Coal Feri Indrayana, Jumat (7/10) dilansir dari antaranews.com.
Madu hutan, yang berasal dari lebah spesies Apis dorsata, dipanen Orang Punan dari sarang yang ada di pohon-pohon tinggi. Dalam satu musim panen bisa terkumpul ratusan liter madu.
Biasanya, karena keterbatasan, madu setelah diekstrak atau dikeluarkan dari sarang hanya dikemas seadanya agar bisa dijual. Umumnya dimasukkan ke dalam botol bekas produk lain.
“Kami membantu sedikit di proses produksi, agar madunya bersih dan tidak terbuang, terjaga keasliannya, lalu dikemas dengan higienis sehingga harganya bisa maksimal,” kata Feri Indrayana.
Dengan begitu, selain memenuhi permintaan yang sudah menjadi langganan, madu hutan Orang Punan bisa mencapai pasar yang lebih besar.
Di sisi lain, untuk mendapatkan madu, berarti juga harus ‘memelihara’ si lebah madu Apis dorsata.
Lebah hidup dari sari bunga (nektar) dan tinggal di pohon-pohon yang tinggi, yang di hutan-hutan Kalimantan adalah pohon-pohon keluarga Dipterocarpacea seperti bangkirai (Shorea leavis), tengkawang (Shorea pinanga), dan ragam meranti (Shorea sp.). Pohon-pohon itu, biasanya tingginya bisa mencapai 70 meter lebih, dan berdiameter besar.
Lebah cenderung mengambil nektar dari satu jenis bunga, namun bila dari satu jenis itu tidak cukup, ia akan menambahnya dari jenis lain. Di hutan dengan keragaman pilihan, Apis dorsata biasa mengonsumsi nektar dari banyak jenis pohon buah di hutan, termasuk durian (Durio).
Sebab itu, konon, madunya berbau lebih kuat dan lebih harum dari madu lebah budidaya.
Dengan demikian, untuk mendapatkan madu, berarti harus memelihara lebah bersama pohon tempatnya bersarang dan pohon-pohon penghasil nektar, hingga seluruh lingkungannya.
“Orang Punan memelihara alam dan lingkungannya dengan luar biasa dan kami berusaha terlibat di situ membantu mereka,” kata Feri.
Berau Coal memenangkan Penghargaan Subroto dalam kategori Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Terinovatif. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat sekitar kawasan tambang batubara. Orang Punan-Basap sendiri sebenarnya tinggal jauh di hutan, antara lain di hulu Sungai Kelay di selatan kota Tanjung Redeb.
“Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan komitmen perusahaan dalam memajukan aspek-aspek kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial budaya lingkungan, kesehatan, hingga infrastruktur,” jelas Feri.
Penghargaan Subroto adalah penghargaan yang mengambil nama dari Menteri Departemen Pertambangan dan Energi legendaris Subroto yang kepemimpinannya juga diakui internasional sebagai Presiden OPEC (Organization Petroleum Exporter Countries, organisasi negara-negara pengekspor minyak di mana Indonesia menjadi anggotanya saat itu).
Kementerian memberikan 13 bidang penghargaan kepada 54 pemenang di sektor ESDM.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana menyebutkan Penghargaan Subroto adalah wujud apresiasi dari pemerintah atas program yang telah dijalankan perusahaan dan inovasinya sehingga optimal berkontribusi kepada masyarakat.
“Dengan prestasi ini, kami berupaya agar dapat konsisten menjalankan program-program yang berdampak dan berkelanjutan untuk masyarakat,” lanjut Feri.
Untuk Berau Coal, Feri Indrayanan menerima Penghargaan Soebroto 2022 dari Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana yang menyerahkannya bersama Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin pada Selasa 4 Oktober lalu.
Menteri ESDM Arifin Tasrif pada sambutannya menyampaikan apresiasi atas usaha dan inovasi yang telah dikembangkan oleh penerima Penghargaan Subroto 2022 dalam memajukan sektor ESDM.
Menteri Arifin juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas turut serta dalam Penghargaan Subroto tahun 2022. Ia juga berpesan agar terus bekerja keras untuk memberikan manfaat yang lebih luas kepada semua pihak.
“Prestasi dan sumbangsih tanpa pamrih Bapak Ibu sekalian memiliki makna besar bagi kemajuan bangsa,” kata Menteri Arifin.*
Sumber : antaranews.com
Editor : Redaksi
Discussion about this post