
DM – Pengusaha di Tanjungpinang, Rudi Parman Alias Ahong minta kepastian hukum terhadap usahanya di bidang perdagangan Angkut Lanjut rokok di Kepulauan Riau.
Pasalnya, Rudi Parman alias Ahong mengeluhkan penangkapan dua kapal angkut rokok ke Luar Negeri miliknya yang memiliki dokumen resmi oleh petugas Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI. Dimana dua kapal miliknya, yakni KLM Keluarga Makmur dan KLM Karya Sampurna diamankan Bakamla baru-baru ini di Perairan Berakit dan Timur Laut Tanjung Berakit, Kabupaten Bintan.
“Saya merasa diperlakukan tidak adil, padahal saya memiliki dokumen resmi, kenapa kapal saya ditangkap,” kata Ahong, Sabtu (23/11).
Ahong menjelaskan, dirinya sudah mengeluti usaha angkut lanjut ini selama empat tahun. Usahanya itu beraktivitas membawa rokok dari Singapura ke Batam dan Batam ke Songkla di Thailand.
“Usaha saya ini sudah lama, saya membawa bongkar muat rokok merek U2 itu dari Singapura ke Batam dan dari Batam langsung ke Songkla di Thailand,” jelasnya.
Ahong melanjutkan, karena dirinya sebagai putra Daerah Kepulauan Riau dan ingin memberikan kontribusi ke daerah untuk itu ia melakukan bongkar muat di Batam.
“Dalam satu trip itu saya mengeluarkan uang sekitar 110 juta di Batam, mulai biaya bongkar muat dan juga pemasukan untuk daerah dari pajak dan segala macamnya,” sebutnya.
Setelah bongkar muat di Batam, lanjutnya, rokok – rokok itu dibawa ke luar negeri, tidak diperjualbelikan di Batam dan diawasi ketat oleh Bea Cukai serta instansi lainnya.
“Pengawasannya, saya setiap masuk barang dan berangkat selalu melaporkan ke Bea Cukai dan instansi pemerintah lainnya. Boleh di cek rokok merek U2 itu tidak ada beredar di Kepulauan Riau,” tegasnya.
Ia menceritakan, pada 17 September lalu pihaknya ingin membawa rokok ke Songkla di Thailand, tetapi saat kapal sedang berlayar cuaca kabut asap sangat buruk dan ia minta izin lego jangkar ke KSOP Uban.
“Saya berkoordinasi untuk minta keselamatan, karena jarak pandang terbatas, dan saya mendapat izin untuk lego jangkar di perairan Berakit,” ujarnya.
Kemudian pada saat sedang lego jangkar kapal KLM Keluarga Makmur miliknya diperiksa unsur Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Bakamla.
“Diperiksa saat itu, kita sudah menunjukkan segala surat dan dokumen, tapi mereka ngotot untuk menangkap kapal saya, apa salah saya, saya memiliki bukti surat-surat,” herannya.
Selain itu, sebut Ahong, kapalnya yang KLM Karya Sempurna saat sedang melakukan lego jangkar di titik koordinat 32 di perairan Berakit juga ditangkap pada 12 November 2019 lalu.
“Jadi saya tidak mengerti apa maksud Bakamla ini, kenapa saya warga negara Indonesia diperlakukan seperti ini. Kalau kami ada kesalahan tolong dibina apa salahnya, kami pun akan menuruti, kenapa kapal asing nangkap ikan di perairan kita tidak ditangkap,” terangnya.
Akibatnya penangkapan itu, kata Ahong, rokok berjumlah 1400 kotak dan dua unit kapalnya terpaksa tidak dapat melakukan aktivitas dan mengantar permintaan kliennya. Ia pun mengalami kerugian mencapai Rp 3 miliar.
“Sekarang pihak luar negeri tidak mau lagi berurusan dengan kita, saya juga harus mengganti rugi ke perusahaan hampir Rp 1 miliar lebih, sekarang saya benar bangkrut atas kejadian ini,” akuinya.
Selain itu, anak buahnya berjumlah sekitar 30 orang terpaksa menganggur atau tidak memiliki pekerjaan.
“Dulu saya bantu mereka kredit rumah ada sebanyak 15 pintu, sekarang siapa yang mau bayar, Bakamla mau bayar, mereka harus bertanggungjawab,” tegasnya.
Hingga saat ini pihak Bakamla RI belum dapat dikonfirmasi terkait penangkapan dua kapal milik Rudi Parman Alias Ahong.
Penulis : Alam
Discussion about this post