Rekor Lamine Yamal Bikin Cemas FIFPRO, Beban Berat untuk Bintang Muda Barcelona

Iklan

Lamine Yamal tengah menjadi sorotan dunia sepak bola. Di usia yang baru menginjak 18 tahun, pemain muda Barcelona ini telah mengukir berbagai rekor yang mengesankan. Namun, di balik prestasinya yang cemerlang, muncul kekhawatiran serius terkait beban berat yang harus ditanggungnya.

Serikat pemain sepak bola internasional, FIFPRO, menyatakan bahwa tuntutan tinggi yang dibebankan pada Yamal bisa mengancam perkembangan jangka panjangnya. Mereka menilai jadwal padat dan jumlah pertandingan yang dilakoninya terlalu berlebihan bagi seorang pemain seumurannya.

Rekor Gemilang di Usia Muda

Yamal sudah dianggap sebagai salah satu pesepak bola terbaik dunia meskipun baru menembus level senior tiga tahun lalu, saat ia berusia 15 tahun. Sejak itu, ia memecahkan berbagai rekor, seperti menjadi pemain termuda yang mencetak gol di La Liga, tampil untuk Timnas Spanyol, hingga mencapai 100 penampilan bersama Barcelona.

Usianya yang baru 17 tahun pun belum menghalanginya meraih gelar juara Euro sebagai pemain termuda. Laporan terbaru FIFPRO yang dirilis pada Senin (29/9/2025) menyebutkan bahwa Yamal telah mengumpulkan 130 penampilan senior pada usia 18 tahun. Jumlah ini jauh melampaui pendahulunya, misalnya Andres Iniesta yang baru mencatat 40 penampilan di usia yang sama, dan Gavi yang mencapai 60.

Kekhawatiran FIFPRO soal Beban Berlebihan

Darren Burgess, ketua dewan penasihat kinerja tinggi FIFPRO, mengungkapkan kekhawatirannya. “Pemain masih dalam masa pertumbuhan hingga usia 24 atau 25 tahun. Jika mereka terus dipaksa tampil terlalu banyak, risikonya adalah cedera yang lebih besar,” ujarnya.

Yamal baru saja meraih Kopa Trophy sebagai pemain muda terbaik dunia dua tahun berturut-turut. Namun, prestasi gemilang ini tidak boleh menutupi risiko yang mengintai akibat jadwal padat yang harus dijalaninya.

Iklan

Desakan untuk Reformasi Jadwal dan Perlindungan Pemain

Dalam laporan berjudul Player Workload Monitoring, FIFPRO mendesak adanya perlindungan lebih bagi para pemain dengan menetapkan jeda istirahat wajib di akhir musim. Mereka membandingkan sepak bola dengan olahraga lain seperti basket dan bisbol yang memberikan waktu pemulihan lebih lama.

FIFPRO mencatat beberapa pemain top Eropa hanya mendapat libur tiga pekan, sementara finalis NBA bisa menikmati waktu libur hingga 14 pekan, dan finalis Major League Baseball sampai 15 pekan.

Chris Wood, penyerang Premier League, menilai penambahan waktu istirahat akan berdampak positif. “Di olahraga lain, atlet mendapat waktu istirahat yang cukup, dan itu baik untuk fisik dan mental. Lihat LeBron James, dia masih bermain di usia 40 tahun. Sepak bola seharusnya bisa memberi kesempatan serupa,” katanya.

Tekanan Jadwal Baru dan Protes FIFPRO

Laporan ini muncul di tengah perubahan besar di sepak bola internasional, seperti perluasan format Liga Champions oleh UEFA dan perombakan Piala Dunia Antarklub oleh FIFA. FIFPRO Eropa bersama liga-liga domestik bahkan mengajukan protes resmi kepada FIFA karena keputusan tersebut dianggap tidak memperhatikan kondisi pemain.

Beberapa pemain, termasuk Luka Modric, Federico Valverde, dan Fabian Ruiz, tercatat menjalani lebih dari 70 pertandingan dalam satu musim. FIFPRO mengkategorikan 55 pertandingan dalam satu musim sebagai “beban berlebihan”, sedangkan 40 hingga 54 pertandingan masuk kategori “tinggi”.

“Jika sepak bola ingin melindungi aset terpentingnya, yaitu para pemain, reformasi mutlak diperlukan,” tegas Burgess. Ia menambahkan bahwa standar minimum untuk masa istirahat dan persiapan pramusim tidak akan melemahkan kualitas permainan, justru memperkuatnya karena memastikan pemain tetap fit dan siap maksimal.

Perlindungan dari Cuaca Ekstrem

FIFPRO juga mengingatkan perlunya protokol tambahan untuk melindungi pemain dari dampak cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas yang semakin sering terjadi. Hal ini dianggap penting demi menjaga kesehatan dan performa para atlet di tengah tantangan iklim yang berubah.

Iklan