
NASA Earth Observatory image by Michala Garrison, using MODIS data from NASA EOSDIS LANCE and GIBS/Worldview.
Gunung es A-23A, yang pernah menjadi yang terbesar di dunia, kini tengah mengalami kehancuran perlahan saat mengapung ke perairan yang lebih hangat di Samudra Antarktika. Setelah terlepas dari Antartika pada 1986, gunung es ini bertahan selama puluhan tahun sebelum akhirnya memulai perjalanan panjang dan penuh gejolak ke arah utara.
NASA melalui satelitnya terus memantau proses pecahnya gunung es raksasa ini yang terpecah menjadi beberapa bagian besar hingga ribuan gunung es kecil yang berpotensi membahayakan jalur pelayaran di sekitarnya.
Perjalanan Panjang dan Pecahnya Gunung Es Raksasa
Pada 11 September 2025, satelit Terra milik NASA merekam gambar dengan instrumen MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) yang memperlihatkan proses perlahan gunung es A-23A pecah. Potongan terbesar yang masih bertahan memiliki luas sekitar 1.500 kilometer persegi, menjadikannya gunung es kedua terbesar yang masih mengapung saat itu. Namun, luasnya sudah berkurang hampir dua pertiga sejak memulai perjalanan ke utara beberapa tahun lalu.
Selain potongan utama, terdapat pecahan besar lain seperti A-23G dan A-23I yang masing-masing mencakup 324 dan 344 kilometer persegi. Nama-nama ini diberikan oleh U.S. National Ice Center, lembaga yang bertugas memantau dan mendokumentasikan gunung es Antartika dengan minimal luas 69 kilometer persegi atau panjang 19 kilometer.
Ancaman Tersembunyi dari Gunung Es Kecil
Menurut Jan Lieser dari Australian Bureau of Meteorology, satelit dapat memantau gunung es besar seperti A-23A dengan baik. Namun, gunung es raksasa ini juga melepaskan ribuan pecahan kecil yang dapat terbawa arus hingga ke jalur pelayaran, menimbulkan bahaya tersembunyi bagi kapal-kapal.
Selain MODIS, satelit Landsat dan sistem radar aperture sintetis (SAR) juga digunakan untuk mengamati pecahan-pecahan kecil ini, terutama saat cuaca buruk atau malam hari di kutub, sehingga memberikan gambaran lebih detail meskipun frekuensi pengamatannya tidak setiap hari.
Perjalanan A-23A yang Berliku
Setelah lepas dari Filchner Ice Shelf pada 1986, A-23A sempat terdampar di dasar Laut Weddell Selatan selama puluhan tahun. Pada awal 2020-an, gunung es ini mulai bergerak ke arah utara. Pada Maret 2024, A-23A terjebak dalam pusaran laut di Selat Drake, kemudian terdampar lagi di daerah pesisir selatan Pulau South Georgia pada Mei 2025.
Setelah berhasil lepas, gunung es ini mengapung di utara pulau tersebut dan kemungkinan besar menjalani perjalanan terakhirnya sebelum akhirnya mencair akibat suhu udara dan air yang semakin hangat.
