Logo

Mobil Hybrid Dinilai Paling Cocok untuk Indonesia Saat ini, Populasinya Diprediksi Lampaui Mobil Listrik Murni

Catur Ariadi
Catur Ariadi
1 Desember 2025189
Gac Aion Mulai Pre Sale I60 3 November Suv Erev Mulai Rp428 Juta

Foto: GAC AION

Iklan

Gelombang elektrifikasi kendaraan di Indonesia memasuki babak baru dengan dinamika yang menarik. Di tengah gempuran mobil listrik murni (BEV) yang terus menanjak, sebuah pandangan mengejutkan muncul: kendaraan hybrid dinilai sebagai solusi paling realistis untuk kondisi Tanah Air saat ini, bahkan diprediksi populasinya bakal melampaui mobil listrik murni dalam waktu dekat. Fenomena ini tidak lepas dari tantangan fundamental yang masih membayangi adopsi EV, mulai dari kesiapan infrastruktur hingga karakter penggunaan masyarakat.

Riset terbaru menggarisbawahi bahwa efisiensi mobil listrik memang unggul di perkotaan, namun konsumsi energinya justru cenderung lebih boros saat melaju di jalan tol dibandingkan mobil berbahan bakar bensin. Temuan ini secara signifikan memengaruhi keputusan konsumen, terutama dalam mempertimbangkan mobilitas jarak jauh. Berangkat dari kondisi tersebut, sejumlah produsen otomotif besar mulai menyoroti kembali peran strategis mobil hybrid sebagai jembatan transisi menuju elektrifikasi penuh.

Riset Terbaru Tunjukkan Mobil Listrik Hemat Energi di Perkotaan, Tapi Lebih Boros di Jalan Tol dibanding Mobil Bensin

Hybrid Solusi Jembatan Elektrifikasi

CEO GAC Aion Indonesia, Andri Chiu, menegaskan bahwa kendaraan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) dan Extended Range Electric Vehicle (EREV) adalah opsi paling tepat bagi pasar Indonesia saat ini.

Mobil hybrid paling cocok untuk kondisi Indonesia, terutama pada periode transisi. Konsumen masih menghadapi ‘distance anxiety’ saat mengendarai mobil listrik murni, khawatir soal baterai habis di perjalanan jauh,” ujar Andri sebagaimana kami kutip dari Otodriver, Senin (1/12).

Pandangan ini sejalan dengan keyakinan GAC Aion bahwa teknologi PHEV dan EREV menawarkan kombinasi efisiensi, fleksibilitas, dan kepraktisan yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi oleh EV murni, terutama dengan jaringan charging station yang belum merata.

Andri menambahkan, pengalaman di Tiongkok menunjukkan penjualan mobil listrik murni mencapai sekitar 30 persen, sementara hybrid melampaui 30 persen.

“Ini menunjukkan bahwa model hybrid bisa menjadi jembatan menuju elektrifikasi penuh,” jelasnya.

Sebelum Membeli Mobil Listrik, Kenali EV, HEV, MHEV, PHEV dan EREV Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

Tantangan Infrastruktur dan Persepsi Konsumen

Meskipun pangsa pasar EV di Indonesia terus tumbuh—menurut laporan PwC Indonesia, EV mencapai 15 persen pada 2024 dan diperkirakan naik menjadi 18 persen pada 2026—infrastruktur charging station yang belum merata masih menjadi kendala utama.

“Indonesia luas, jarak tempuh dan kelengkapan charging station menjadi perhatian utama konsumen. Di sini PHEV dan EREV memberikan solusi yang lebih fleksibel,” tambah Andri.

Data penjualan kuartal I 2025 turut memperlihatkan tren yang menarik. Total penjualan EV (BEV, PHEV, hybrid) mencapai 27.616 unit, meningkat 43,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jenis hybrid tetap memegang pangsa pasar yang signifikan, menegaskan bahwa konsumen masih mencari opsi kendaraan ramah lingkungan yang tetap aman digunakan untuk perjalanan jauh.

Kendaraan hybrid menawarkan kombinasi efisiensi bahan bakar, fleksibilitas daya jelajah, dan teknologi modern. Konsumen tidak perlu terlalu khawatir soal kelangkaan charging station, sekaligus tetap mendapatkan manfaat dari sistem penggerak listrik yang lebih ramah lingkungan.

Dalam konteks ini, hybrid tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga strategi produsen untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan secara bertahap, sambil membangun kesiapan konsumen terhadap EV murni di masa depan.

Populasi Hybrid Diprediksi Lampaui Mobil Listrik Murni

Andri Chiu sendiri memiliki pandangan bahwa mobil hybrid diprediksi memiliki potensi pertumbuhan yang lebih cepat dibanding EV murni selama periode transisi ini. Dengan kombinasi faktor efisiensi, fleksibilitas, dan kesiapan infrastruktur, hybrid berpeluang menjadi kendaraan dominan di jalanan Indonesia sebelum jaringan pengisian daya EV berkembang secara merata.

Hybrid adalah jembatan yang realistis dan diperlukan. Saat jaringan charging station semakin lengkap, transisi ke EV murni akan lebih mulus, tapi untuk sekarang, hybrid adalah pilihan paling bijak.” pungkasnya.

Iklan
Iklan