Legenda MU Kritik Performa Liverpool: Mohamed Salah dan Van Dijk Sudah Tak Seperti Dulu

Sumber: Getty Images
Mantan kapten Timnas Inggris dan legenda Manchester United, Wayne Rooney, mengungkapkan keheranannya atas performa buruk Liverpool dalam beberapa pekan terakhir. Kekalahan terbaru dari Brentford membuat The Reds kini terpuruk, setelah menelan empat kekalahan beruntun di Liga Inggris dan lima dari enam laga terakhir di semua kompetisi.
Rooney menilai penurunan performa Liverpool terjadi secara tiba-tiba dan mengejutkan. Dalam podcast pribadinya, ia menyebut bahwa tim asuhan Arne Slot terlihat kehilangan arah dan sedang berjuang keras untuk menemukan ritme terbaik mereka.
“Tidak ada yang menyangka ini akan terjadi, semuanya terasa begitu cepat. Kekalahan demi kekalahan menimpa mereka dengan keras, dan saya pikir Liverpool sedang berusaha keras untuk menemukan jalan keluar,” ujar Rooney.
Kekalahan 2-3 dari Brentford di Gtech Community Stadium menjadi bukti nyata bahwa The Reds belum mampu tampil konsisten. Meski skor akhir tampak ketat, permainan di lapangan menunjukkan dominasi penuh Brentford hampir di semua aspek, mulai dari pressing hingga efektivitas serangan balik.
Bahasa Tubuh Pemain Dipertanyakan
Rooney juga menyoroti aspek mental dan kepemimpinan di dalam tim Liverpool. Ia menilai bahwa para pemain senior seperti Virgil van Dijk dan Mohamed Salah belum menunjukkan pengaruh besar sebagai pemimpin di tengah situasi sulit.
Menurutnya, bahasa tubuh kedua pemain bintang tersebut terlihat berbeda dari biasanya dan hal itu berdampak langsung terhadap kepercayaan diri tim secara keseluruhan.
“Ini adalah masa di mana manajer dan para pemimpin tim perlu mencari solusi. Virgil van Dijk dan Mohamed Salah baru saja menandatangani kontrak baru, tetapi saya rasa mereka belum benar-benar memimpin musim ini,” kata Rooney.
“Saya pikir bahasa tubuh memberi tahu Anda banyak hal, dan kita melihat sesuatu yang berbeda dari mereka berdua. Jika bahasa tubuh mereka tidak tepat, itu akan memengaruhi semua orang di ruang ganti. Jika saya menjadi penggemar Liverpool atau manajernya, itu akan menjadi kekhawatiran besar.”
Komentar Rooney ini menjadi sorotan di media Inggris karena menggambarkan penurunan semangat dan motivasi dalam skuad Liverpool, sesuatu yang jarang terjadi di era kepelatihan sebelumnya.
Krisis Taktis dan Tekanan untuk Arne Slot
Selain masalah mental, tekanan juga mulai menghantam Arne Slot terkait pendekatan taktisnya di laga-laga terakhir. Sejak awal Oktober, Liverpool gagal menunjukkan kestabilan baik dalam serangan maupun pertahanan. Lini tengah sering kali kalah duel, sementara koordinasi antarlini terlihat goyah.
Pertandingan melawan Brentford menjadi contoh paling jelas. Dalam lima menit pertama saja, Liverpool sudah kebobolan dari skema long throw dan gagal mengantisipasi bola kedua. Meskipun sempat memperkecil ketertinggalan lewat Milos Kerkez dan Mohamed Salah, tim tetap terlihat kehilangan arah di babak kedua.
Analis Liga Inggris, Jamie Carragher, juga mengkritik keputusan Slot yang terlalu sering merotasi pemain di posisi vital. “Stabilitas adalah kunci di Liga Inggris. Saat ini Liverpool kehilangan itu,” ujarnya.
Dengan hasil buruk ini, Liverpool kini terlempar ke peringkat keenam klasemen sementara Liga Inggris, tertinggal jauh dari pemuncak klasemen Manchester City.
Jadwal Berat Menanti The Reds
Situasi semakin sulit bagi Arne Slot karena jadwal padat sudah menanti dalam beberapa pekan ke depan. Liverpool akan menghadapi Crystal Palace di ajang Carabao Cup, disusul laga sulit kontra Aston Villa di Liga Inggris. Setelah itu, mereka harus berhadapan dengan dua raksasa, Real Madrid di Liga Champions dan Manchester City di liga domestik.
Jika Liverpool gagal bangkit di periode penting ini, tekanan terhadap Slot diyakini akan mencapai puncaknya. Suara-suara dari fans mulai terdengar, menuntut perubahan nyata di lapangan sebelum musim benar-benar berantakan.
Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Arne Slot dan para pemain seniornya merespons situasi sulit ini. Apakah mereka bisa bangkit dan mengembalikan kepercayaan diri tim, atau justru makin terpuruk dalam spiral kekalahan yang sulit dihentikan.
