Logo

Kawah Silverpit di Dasar Laut Utara Ternyata Terbentuk Akibat Hantaman Asteroid

Venicka Arlia Putriana
Venicka Arlia Putriana
3 Oktober 20253
Kawah Silverpit Di Dasar Laut Utara Ternyata Terbentuk Akibat Hantaman Asteroid

Kawah Silverpit (Image credit: Phil Allen (Production Geoscience Ltd) and Simon Stewart (BP)/Wikimedia)

Iklan

Kawah Silverpit yang terletak di dasar Laut Utara selama lebih dari dua dekade menjadi bahan perdebatan para ilmuwan. Ada yang beranggapan kawah berbentuk lingkaran hampir sempurna ini terbentuk akibat hantaman asteroid, sementara yang lain menduga penyebabnya adalah proses geologi lambat seperti migrasi endapan garam atau runtuhan gunung berapi.

Namun, berkat teknologi pencitraan seismik canggih, analisis mineral mikroskopis, dan simulasi komputer terbaru, misteri ini akhirnya terpecahkan. Kawah Silverpit ternyata merupakan hasil tumbukan asteroid besar yang terjadi sekitar 43 hingga 46 juta tahun lalu.

Kawah yang Langka di Bumi

Kawah akibat tumbukan asteroid memang jarang ditemukan di Bumi. Dari sekitar 200 kawah yang diketahui, hanya 33 di antaranya berada di bawah laut, meski lebih dari dua pertiga permukaan planet ini tertutup air. Hal ini karena proses erosi dan sedimentasi yang cepat menghilangkan jejak kawah, baik di darat maupun di dasar laut.

Kawah Silverpit, dengan diameter sekitar 3,2 kilometer dan kedalaman 700 meter di bawah laut, berjarak sekitar 128 kilometer dari pantai Yorkshire, Inggris. Kawah ini pertama kali terdeteksi pada 2002 melalui survei seismik oleh perusahaan minyak, yang menunjukkan struktur melingkar dengan patahan konsentris yang mencolok.

Perdebatan dan Bukti Baru

Awalnya, studi awal hanya menyiratkan kemungkinan dampak asteroid tanpa bukti kuat. Skeptisisme pun meluas hingga 2009, ketika debat terbuka di Geological Society London mayoritas menolak hipotesis tumbukan tersebut.

Image
Foto: Nature Communication

Keragu-raguan mulai mereda pada 2022 setelah Northern Endurance Partnership melakukan survei seismik 3D besar-besaran. Survei ini menampilkan gambaran rinci yang menunjukkan ciri khas kawah tumbukan, seperti pengangkatan pusat kawah, patahan konsentris hingga 18 kilometer, serta kawah-kawah kecil sekitar 150 meter di sekitarnya yang diduga terbentuk dari bongkahan batu terlempar kembali ke dasar laut.

Fenomena kawah sekunder seperti ini biasa ditemukan di Bulan dan Mars, namun sangat langka dan sulit terawetkan di Bumi akibat erosi. Keberadaan fitur-fitur tersebut menjadikan Silverpit sebagai catatan alam langka mengenai dampak asteroid di laut dangkal.

Penentuan Usia dan Simulasi Tumbukan

Para ilmuwan menentukan usia tumbukan dengan memeriksa fosil mikroskopis yang terperangkap di batuan sekitar kawah. Penemuan fosil ini mengindikasikan peristiwa terjadi pada masa Eosen Tengah, antara 43 hingga 46 juta tahun lalu, saat wilayah Laut Utara masih berupa laut dangkal.

Simulasi komputer memperkirakan asteroid berbatu selebar 160 meter melaju dengan kecepatan 15 kilometer per detik ketika menghantam Bumi. Tumbukan tersebut membentuk kawah sedalam satu kilometer dalam waktu 12 detik, diikuti oleh pengangkatan pusat kawah serta tsunami raksasa setinggi sekitar 100 meter yang menghantam pantai.

“Saya selalu berpikir hipotesis impak adalah penjelasan yang paling tepat dan paling sesuai dengan observasi. Sangat memuaskan akhirnya menemukan solusi ajaib.” ujar Profesor Gareth Collins dari Imperial College London dikutip dari The Brighter Side News.

Bukti Lintasan dan Dampak Asteroid

Analisis patahan menunjukkan asteroid menghantam dengan sudut rendah dari barat-barat laut, menghasilkan kawah asimetris yang dikonfirmasi oleh data seismik. Temuan ini menepis teori alternatif yang sempat diyakini skeptis.

Meski lebih kecil dibanding kawah Chicxulub di Meksiko, yang terkait dengan kepunahan dinosaurus, dampak Silverpit tetap sangat besar bagi lingkungan sekitar. Penemuan ini menegaskan potensi bahaya asteroid berukuran sedang yang masuk ke atmosfer Bumi dan dampaknya di laut dangkal.

Signifikansi Penemuan Silverpit

Kawah Silverpit yang terkubur di bawah sedimen memberikan kesempatan langka bagi ilmuwan untuk mempelajari proses tumbukan asteroid di lingkungan laut dan potensi tsunami yang ditimbulkannya. Selain memecahkan misteri geologi, temuan ini menyempurnakan model prediksi dampak asteroid di masa depan serta penting bagi studi pertahanan planet.

Dari Silverpit, para ilmuwan dapat belajar memprediksi ancaman dari objek dekat Bumi yang berpotensi menghantam planet kita suatu saat nanti.

Iklan
Iklan