JPMorgan Prediksi Harga Bitcoin Bisa Tembus US$170.000 pada 2026, Ungkap Dua Risiko Besar Pasar Kripto

Foto: Wikimedia
Lembaga keuangan raksasa dunia, JPMorgan, membuat prediksi berani: harga Bitcoin (BTC) berpotensi melesat hingga 170.000 dolar AS atau setara sekitar Rp2,72 miliar pada tahun 2026. Namun, proyeksi optimistis ini datang dengan dua peringatan krusial, yaitu selama dua risiko utama yang membayangi pasar kripto tidak memburuk dalam waktu dekat.
Prakiraan tersebut diungkapkan dalam laporan riset terbaru yang dirilis oleh tim strategi JPMorgan, dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou. Laporan ini, yang dikutip dari The Economic Times pada Kamis (5/12), memberikan gambaran mendalam tentang potensi dan tantangan yang dihadapi aset kripto paling populer tersebut.
Model Volatilitas Ungkap Potensi Kenaikan Signifikan
Dalam analisisnya, JPMorgan menilai Bitcoin memiliki peluang penguatan substansial dalam rentang enam hingga dua belas bulan ke depan. Proyeksi ini didasarkan pada model volatilitas yang membandingkan pergerakan harga Bitcoin dengan emas, yang secara tradisional dipandang sebagai aset lindung nilai.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa Bitcoin masih memiliki ruang kenaikan sekitar 84 persen dari posisi pasar saat ini. Berdasarkan data CoinMarketCap pada Jumat (5/12/2025) pukul 07.30 WIB, harga Bitcoin berada di level 92.428,64 dolar AS atau sekitar Rp1,48 miliar. Dalam sesi perdagangan awal, BTC sempat menyentuh 92.883,43 dolar AS (sekitar Rp1,49 miliar) sebelum kembali terkoreksi.
JPMorgan mengamati adanya perubahan signifikan dalam cara pandang investor terhadap Bitcoin, terutama ketika pasar saham AS mengalami tekanan. Fenomena ini mengindikasikan bahwa Bitcoin semakin dipandang sebagai aset pelindung nilai.
Sebagai contoh, pada awal tahun ini, kekhawatiran terkait tarif memicu aksi jual besar-besaran di bursa AS. Menariknya, pada periode yang sama, Bitcoin justru mencatatkan arus masuk modal yang signifikan, menggarisbawahi perannya yang semakin kuat sebagai aset pelindung nilai dalam kondisi pasar tertentu. Tren ini, menurut JPMorgan, menjadi dasar keyakinan bahwa potensi penguatan Bitcoin tetap terbuka dalam beberapa bulan mendatang.
Dua Ancaman Utama Bayangi Reli Jangka Pendek Bitcoin
Meskipun memiliki potensi kenaikan yang menarik, JPMorgan mengingatkan adanya dua risiko besar yang dapat membatasi reli jangka pendek Bitcoin. Kedua faktor ini menjadi penentu apakah Bitcoin dapat mencapai target 170.000 dolar AS pada 2026.
1. Risiko dari MicroStrategy
MicroStrategy dikenal sebagai salah satu pemegang Bitcoin terbesar di dunia. Oleh karena itu, ketika harga BTC mengalami penurunan, kekhawatiran pasar meningkat terkait potensi aksi jual yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Data dari Arkham Intel menunjukkan bahwa MicroStrategy memegang sekitar 437.000 BTC pada November 2025, angka ini turun dari puncaknya 484.000 BTC di awal bulan.
CEO Phong Le sebelumnya menyatakan perusahaan dapat mempertimbangkan penjualan bila rasio market-value-to-holdings (mNAV) turun di bawah satu. Saat ini, rasio tersebut berada di level 1,1. JPMorgan menjelaskan bahwa langkah MicroStrategy menghimpun 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp22,4 triliun) dana kas tambahan dapat meredakan kekhawatiran pasar. Dana tersebut diperkirakan mampu menutup kewajiban perusahaan selama dua tahun ke depan.
2. Ancaman Aturan Baru MSCI
Risiko kedua datang dari MSCI, penyedia indeks global terkemuka, yang sedang mempertimbangkan perubahan aturan penyusunan indeks. Perubahan ini berpotensi mengeluarkan perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen aset berbentuk aset digital dari indeksnya.
Jika regulasi ini diterapkan, MicroStrategy berpotensi terdepak dari MSCI US Index dan MSCI Global Index. JPMorgan memperkirakan langkah ini dapat memicu arus keluar modal sebesar 2,8 miliar dolar AS, atau sekitar Rp44,8 triliun. Keputusan final MSCI dijadwalkan pada 15 Januari 2026, yang disebut sebagai momentum utama yang dapat menentukan pergerakan MicroStrategy dan Bitcoin.
Basis Proyeksi Bitcoin Sentuh 170.000 Dolar AS
JPMorgan menegaskan bahwa target 170.000 dolar AS didasarkan pada model perbandingan Bitcoin dengan emas. Kenaikan permintaan Bitcoin sebagai aset lindung nilai membuka ruang apresiasi signifikan dalam 6–12 bulan ke depan.
Apabila risiko dari MicroStrategy dan perubahan aturan MSCI mereda, JPMorgan memperkirakan Bitcoin mampu kembali menuju level sebelum koreksi yang terjadi pasca 10 Oktober dan berpotensi melanjutkan tren penguatan hingga 2026.
