Logo

FIFA Rancang Aturan VAR Baru untuk Piala Dunia 2026, Termasuk Pengawasan Sepak Pojok

Mamet Janzuke
Mamet Janzuke
3 Desember 20251
FIFA Rancang Aturan VAR Baru untuk Piala Dunia 2026, Termasuk Pengawasan Sepak Pojok

Sumber: FIFA

Iklan

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) tengah serius mengajukan proposal penggunaan aturan Video Assistant Referee (VAR) versi mereka sendiri untuk gelaran Piala Dunia 2026. Salah satu poin krusial yang diajukan adalah kemampuan VAR untuk meninjau kembali keputusan terkait sepak pojok yang dianggap keliru, sebuah langkah yang berpotensi mengubah dinamika pertandingan.

Wacana ini muncul seiring upaya FIFA meminimalisir kesalahan fatal dalam laga-laga besar, terutama di turnamen sekelas Piala Dunia. Namun, usulan ini tak lepas dari pro dan kontra, mengingat prinsip dasar Laws of the Game serta kekhawatiran akan penundaan durasi pertandingan yang semakin panjang, terutama dari kompetisi liga-liga top Eropa.

FIFA Ajukan Dispensasi Khusus untuk VAR Sepak Pojok

FIFA secara resmi tengah mencari dispensasi khusus dari International Football Association Board (IFAB), badan pembuat Laws of the Game, guna menerapkan regulasi VAR yang lebih luas. Fokus utama pengajuan ini adalah memungkinkan VAR meninjau insiden sepak pojok yang salah, sebuah keputusan yang seringkali memicu kontroversi di lapangan.

Meskipun proposal awal mendapat respons beragam dari panel teknis IFAB, badan tersebut kini mempertimbangkan untuk memberikan keleluasaan kepada FIFA. Fleksibilitas ini diharapkan berlaku khusus untuk turnamen jangka pendek seperti Piala Dunia, membuka jalan bagi FIFA untuk mengadaptasi aturan sesuai kebutuhan ajang internasional.

Selain sepak pojok, FIFA juga sempat melontarkan ide untuk meninjau kartu kuning kedua melalui VAR. Namun, untuk saat ini, pemeriksaan keputusan sepak pojok menjadi prioritas utama yang ingin segera diimplementasikan.

Kontroversi dan Tantangan Implementasi VAR Sepak Pojok

Penggunaan VAR untuk mengoreksi keputusan sepak pojok bukanlah tanpa hambatan. Situasi ini dinilai bertentangan dengan salah satu prinsip dasar Law 5, yang menyatakan wasit tidak dapat mengubah keputusan restart jika permainan sudah dimulai kembali. Konsekuensinya, setiap intervensi VAR berpotensi menimbulkan perdebatan sengit.

Di sisi lain, langkah FIFA ini diprediksi akan menimbulkan tanda tanya besar, terutama dari Liga Primer Inggris. Manajer Nottingham Forest, Sean Dyche, sebelumnya pernah melontarkan kritik keras terhadap VAR setelah timnya kebobolan dua gol dari situasi sepak pojok yang dianggap keliru dalam dua pekan beruntun.

CEO Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Mark Bullingham, juga pernah menolak perluasan cakupan VAR. Dengan rata-rata 10 sepak pojok dalam satu pertandingan Liga Primer, kekhawatiran akan peningkatan durasi penundaan pertandingan menjadi sangat relevan.

IFAB dan Suara Penentu Perubahan Aturan

IFAB, sebagai otoritas pembuat aturan sepak bola, terdiri dari empat asosiasi sepak bola Inggris Raya (FA, FA Wales, FA Skotlandia, dan FA Irlandia Utara) yang masing-masing memiliki satu suara, serta FIFA yang memegang empat suara. Untuk mengubah Laws of the Game, dibutuhkan enam dari delapan suara.

Oleh karena itu, pemberian dispensasi khusus bagi FIFA dianggap sebagai cara yang lebih pragmatis. Langkah ini memungkinkan penerapan aturan spesifik tanpa harus melalui proses panjang perubahan aturan global yang lebih kompleks.

Potensi Perbedaan Aturan FIFA dan Liga Domestik

Jika proposal ini disetujui pada pertemuan IFAB Maret mendatang, aturan baru tersebut kemungkinan besar akan langsung berlaku di Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.

Namun, sebagian anggota IFAB masih skeptis terhadap perluasan wewenang VAR, terutama terkait potensi penambahan durasi penundaan pertandingan. Resistensi serupa juga terlihat di komunitas pembuat aturan Liga Inggris, yang kemungkinan besar tidak akan mengikuti jejak FIFA.

Skenario ini bisa memperlebar jurang perbedaan antara aturan turnamen FIFA dan kompetisi domestik di Eropa, sebuah isu yang telah lama memicu ketegangan. FIFA sendiri bukan kali pertama membuat keputusan besar yang menuai protes, seperti revisi siklus tuan rumah Piala Dunia dan perubahan kalender internasional.

Mengingat sejarah FIFA dalam mendapatkan kelonggaran untuk menentukan aturan sesuai kehendak mereka, tidak mengherankan jika dispensasi VAR ini akhirnya disetujui, melanjutkan tren otonomi federasi dalam mengatur turnamen utamanya.

Iklan
Iklan