
Sumber: REUTERS/REBECCA COOK
Program insentif pajak kendaraan listrik di Amerika Serikat, Federal EV Tax, resmi berakhir pada 30 September 2025. Kebijakan ini sebelumnya memberikan keringanan hingga US$ 7.500 atau sekitar Rp 125 juta bagi pembeli mobil listrik baru. Tanpa insentif tersebut, penjualan kendaraan listrik di AS berpotensi mengalami penurunan signifikan.
Jim Farley, Chief Executive Officer Ford, menyatakan bahwa tanpa dukungan insentif, pasar mobil listrik di AS bisa runtuh hingga 50 persen. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Ford Pro Accelerate di Detroit dan dikutip pada Kamis (10/10/2025).
Dampak Berakhirnya Federal EV Tax terhadap Penjualan
Sebelum insentif berakhir, pangsa pasar mobil listrik di Amerika Serikat mencapai 10-12 persen. Farley memperkirakan angka ini akan kembali turun ke kisaran lima persen, level yang terjadi tiga tahun lalu.
“Saya pikir ini akan tetap jadi industri yang hidup, tapi lebih kecil, jauh lebih kecil dari yang kita kira,” ujar Farley. “Dengan hilangnya insentif US$ 7.500 dan perubahan kebijakan emisi gas buang, kami akan menghadapi tekanan besar.”
Strategi Ford Menyikapi Penurunan Permintaan
Akibat perubahan kebijakan ini, Ford tengah melakukan evaluasi ulang terhadap kapasitas produksi mobil listrik dan baterai. Pabrik yang telah berdiri berpotensi harus dialihfungsikan jika permintaan benar-benar menurun.
“Kami akan tetap mengisinya (pabrik), tapi akan lebih stres, karena sebelumnya ada kebijakan yang jelas selama empat tahun. Sekarang kebijakannya berubah, dan semua harus menyesuaikan,” jelas Farley.
Konsumen Masih Enggan Mobil Listrik dengan Harga Tinggi
Farley juga mengungkapkan tantangan lain yakni preferensi konsumen yang belum sepenuhnya mendukung mobil listrik, khususnya yang berharga mahal. “Pelanggan tidak tertarik dengan mobil listrik US$ 75 ribu (sekitar Rp 1,5 miliar). Mereka menganggap mobil ini cepat dan efisien, tapi tetap saja mahal,” katanya.
