
DM – Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut 15 tahun penjara terhadap Eki Trianto, seorang Narapidana (Napi) Lapas Kelas II A Tanjungpinang.
Terdakwa Eki terpaksa menerima hukuman tambahan, lantaran diyakini menjadi pengedar ribuan pil ekstasi dibalik jeruji besi.
Kepala Seksi (Kasipidum) Kejari Tanjungpinang, Sudiharjo mengatakan amar tuntutan terdakwa Eki dibacakan oleh JPU, Sari Lubis di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungpinang, pada Senin (26/9/2022).
Kata dia, Eki dituntut oleh JPU melanggar Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009, tentang Narkotika.
“Melanggar Pasal 114 tentang narkotika, dituntut 15 tahun penjara,” ujar Sudiharjo.
Selain hukuman penjara, terdakwa Eki juga dituntut untuk membayar denda senilai Rp 1 Miliar. Dengan ketentuan apabila tidak dibayar, maka akan digantikan atau subsider dengan 6 bulan kurungan.
Mendengar amar tuntutan tersebut, Majelis Hakim yang dipimpin Isdaryanto menunda persidangan selama satu pekan, dengan agenda pembacaan nota pembelaan atau pledoi.
Untuk diketahui, dibalik jeruji besi Eki Trianto nekat menyuruh adiknya, Edi Adrianto untuk menjadi kurir 1.774 pil ekstasi.
Hal ini, berdasarkan dari keterangan anggota BNN Kepri, Yomi Andi Putra dan Rama Abrori saat menjadi saksi di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungpinang, pada Selasa (30/8/2022).
Dalam keterangan saksi Rama Abrori, awalnya BNN Kepri menangkap Edi Adrianto (terpidana terpisah) yang juga merupakan adik dari terdakwa Eki Trianto, pada Sabtu (23/10/2021) di Jalan Batu Naga Kilometer 8 Tanjungpinang.
Usai ditangkap, Edi mengaku mendapatkan 1.774 pil ekstasi dari kakak kandungnya, Eki Trianto yang sedang menjalani hukuman, di Lapas Kelas II A Tanjungpinang. “Edi juga diperintahkan oleh Eki. Kemudian Eki mengakui, diperintahkan oleh Pakci Din di Malaysia, yang masih DPO,” ujar Rama menjawab pertanyaan JPU Sari Lubis.
Rama menerangkan, Eki sempat menelpon adiknya Edi dengan niat menanyakan kabar. Saat itu, Edi bercerita kepada kakak kandungnya itu soal membutuhkan uang untuk skripsi.
“Kemudian Eki menawarkan adiknya untuk mengantarkan pil ekstasi sebanyak 1.774 butir, dengan berat 720 gram. Dijanjikan senilai Rp 7 juta, (jika berhasil diantar, red),” ungkapnya.
Rama menambahkan, dia bersama saksi Yomi sempat mendatangi Lapas Kelas II Tanjungpinang, guna melakukan pengembangan. Dari situ, terdakwa Eki mengakui telah menyuruh adiknya menjadi kurir narkoba jenis pil ekstasi.
“Kita juga mendapatkan barang bukti jenis handphone Xiaomi milik Eki, yang digunakan untuk menghubungi adiknya. Tapi, semua percakapan telah dihapus,” tambahnya.
Dalam sidang ini, terdakwa Eki juga membenarkan bahwa dirinya telah menghapus data di handphone tersebut. “Iya saya hapus datanya. Saya kenal (Pakcik Din) di Rutan Batam,” tukasnya.
Mendengar keterangan ini, Ketua Majelis Hakim, Isdaryanto menunda persidangan hingga pekan depan, dengan agenda masih soal keterangan saksi.
Untuk diketahui, Edi Ardianto yang merupakan mahasiswa di salah-satu perguruan tinggi di Tanjungpinang ini ditangkap BNN Kepri, pada Sabtu (23/10/2021) yang lalu di Jalan Batu Naga Kilometer 8 Tanjungpinang.
Sebelum ditangkap, saksi Rama dan Romi melihat, terdakwa dengan menggunakan sepeda motor, sedang berada lokasi. Usai ditangkap, Edi mengaku telah melemparkan bungkus plastik yang didalamnya terdapat botol oli berisikan 1.490 butir pil ekstasi di bawah tiang listrik.
Kemudian anggota BNN Kepri ini membawa Edi ke kediamannya, di Jalan Wonoyoso Gang Wonoyoso 2 Perumahan Wonoyoso Residence Blok A nomor 3 Tanjungpinang. Dari hasil penggeledahan, didapati 3 bungkus ekstasi di lipatan baju kamar Edi. Setiap bungkusnya berisi 176 dan 108 butir.
Atas perbuatannya, Edi telah dihukum pidana penjara selama 15 tahun dan dengan denda sejumlah Rp 1 Miliar, subsider 3 bulan kurungan penjara.
Penulis : Mael
Editor : Redaksi
Discussion about this post