DM,Jatim – Mendak Tirta atau ritual pengambilan air suci di air terjun Madakaripura di Desa Negororejo Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo menjadi prosesi awal peringatan Yadnya Kasada warga Tengger di kawasan Gunung Bromo.
Meskipun pemerintah tengah melonggarkan penerapan protokol kesehatan, namun pemangku adat setempat tetap membatasi jumlah masyarakat Tengger yang mengikuti ritual tersebut. Hal ini agar ritual Mendak Tirta ini dapat berlangsung dengan lebih khidmat.
Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, ritual Mendak Tirta kali ini dihadiri oleh Plt Bupati Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko bersama Ketua DPRD Jawa Timur Kusnadi. Kehadiran dua tokoh tersebut disambut hangat oleh para Romomangku dan segenap warga Tengger.
Plt Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko mengemukakan bahwa perlu disadari saat ini pariwisata sudah menjadi kebutuhan primer. Agar potensi wisata ini menjadi jujukan maka harus memiliki keunikan-keunikan.
“Wisata Gunung Bromo boleh saja semakin maju dengan berbagai inovasinya, akan tetapi budaya Tengger tidak boleh berubah. Kearifan lokal masyarakat Tengger adalah penunjang utama wisata Gunung Bromo,” ujarnya dikutip dari laman website Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Selasa (14/6/2022).
Menurut Plt Bupati Timbul Prihanjoko adat dan budaya Tengger yang menaungi wilayah Gunung Bromo tidak hanya berpusat di Kecamatan Sukapura saja, tetapi juga berada di kecamatan sekitarnya. Hal ini merupakan kekayaan yang harus dirawat dan dijaga agar destinasi wisata Gunung Bromo tetap digandrungi wisatawan khususnya mancanegara.
“Pengembangan destinasi wisata penunjang Gunung Bromo seperti Air Terjun Madakaripura dengan ritual Mendak Tirta ini juga menjadi perhatian kami agar tercipta keseimbangan pembangunan ekonomi masyarakat,” tandasnya.
Sementara Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Kusnadi menjelaskan Mendak Tirta sebagai rangkaian ritual menyambut Yadnya Kasada merupakan warisan adat turun-temurun masyarakat Tengger. “Hal ini adalah salah satu ciri khas adat Tengger yang harus dipertahankan selamanya,” katanya.
Selain itu Kusnadi, ritual Mendak Tirta juga memiliki perspektif lain yang harus dipahami bersama bahwa tidak hanya warisan budayanya saja yang harus dirawat. Namun keberlangsungan dan kualitas mata air Madakaripura juga harus tetap terjaga sampai kapanpun.
“Mata air ini adalah sumber air utama masyarakat Lumbang, Banyu Biru di Pasuruan dan Sumber Tetek yang berbatasan dengan Sidoarjo serta begitu banyak daerah-daerah pertanian yang dihidupi oleh mata air Madakaripura ini. Begitu banyak petani-petani kita bergantung kepada sumber air ini,” ulasnya.
Lebih lanjut Kusnadi meminta kepada para pemangku setempat, seluruh lapisan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo, bagaimana agar seterusnya sumber mata air Madakaripura ini terus terpelihara tidak hanya bagi kepentingan masyarakat Kabupaten Probolinggo saja tapi juga untuk seluruh masyarakat yang dialiri oleh mata air ini.
Sumber : kominfo.jatimprov.go.id
Editor : Redaksi
Discussion about this post