Opini – Hari ini, dunia masih belum bisa menuntaskan PR besar dalam dunia kesehatan yang sangat mengganggu tatanan sosial dalam tiga tahun belakangan ini. Memang bukan persoalan yang mudah untuk mencari celah bagaimana akhirnya virus ini bisa menjadi sebuah virus yang akhirnya bisa hidup berdampingan di tengah dunia tanpa takut ada ancaman dalam kesehariannya.
Corona Virus Disease (COVID) yang lebih dikenal dengan nama Covid-19 merupakan virus jenis baru yang sedang menyerang Indonesia dan Dunia pada umumnya. Covid-19 yang mulai memasuki Indonesia pada akhir tahun 2019 ini membuat segala hal di paksa untuk berubah dan menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi.
Saat diumumkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pertama kali di Indonesia, dari waktu ke waktu kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi salah satu berita wajib baik dalam media online, stasiun televisi dan berbagai macam platform pemberitaan lainnya. Seluruh masyarakat Indonesia menjadi bimbang serta bingung untuk menghadapi tatanan budaya yang lama kelamaan akan berubah.
Di mulai dari dunia pendidikan, seluruh pelajar dan mahasiswa diwajibkan untuk tetap mendapatkan atau melakukan proses belajar mengajar yang pada akhirnya menggunakan media pembelajaran online yang bahkan sampai saat ini masih di lakukan. Meskipun sudah ada uji coba Pembelajaran Tatap Muka atau PTM dengan metode hybrid learning (membagi pertemuan menjadi dalam dan luar jaringan).
Selanjutnya yang paling umum ditemukan adalah proses interaksi sosial yang saat ini terkesan tidak se”ramah” dan se”akrab” dulu. Sedangkan jika kita melihat lagi syarat-syarat terjadinya inetraksi sosial adalah adanya kontak sosial dan juga komunikasi. Dengan situasi saat ini kita di wajibkan untuk saling menjaga jarak, menggunkan masker dan lain sebagainya untuk menjalankan prosedur keamanan masing-masing orang.
Hal tersebut menimbulkan kerangka baru dalam proses interkasi sosial. Sebut saja dahulu, hormat menghormati adalah dengan cara mengulurkan tangan untuk saling berjabat saat sedang bertemu dijalan atau dalam forum-forum tertentu, saling melempar senyum saat berpapasan walaupun tidak saling mengenal dan inilah budaya Indonesia.
Tetapi hari ini hal tersebut tidak lagi bisa dilakukan karena berjabat tangan tidak dianjurkan (social distancing), menggunakan masker juga merupakan sebuah keharusan sehingga kita tidak bisa lagi hanya senyum di dalam masker untuk menyapa seseorang. Ini merupakan masalah sosial yang mayoritas dialami oleh setiap orang.
Bahkan dengan adanya situasi seperti ini orang-orang akan cenderung tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Merasa khawatir dengan keadaan seperti ini akhirnya pemerintah pusat mengeluarkan statement yang menjadi angin segar untuk seluruh masyarakat Indonesia yaitu “New Normal”.
Harus diakui kondisi New Normal juga akan menyebabkan perubahan sosial, termasuk pola perilaku dan proses interaksi sosial masyarakat seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Lebih jelasnya, New Normal menekankan pada perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal, namun tetap merujuk pada protokol kesehatan yang kemudian harus dibiasakan. Meskipun demikian, penerapan New Normal tidak akan berjalan dengan maksimal, jika tidak disertai dengan kedisiplinan tinggi oleh masyarakat.
Jika New Normal merupakan budaya baru Bangsa Indonesia, maka apa yang akan terjadi dengan budaya-budaya sebelumnya. Budaya masyarakat Indonesia yang senang akan berkumpul (musyawarah) akan dibenturkan dengan budaya New Normal yang memberikan jarak pada interaksi sosial. Budaya berkumpul yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia akan dibatasi dengan pertemuan menggunakan teknologi virtual seperti Zoom Cloud Meeting, Google Meet, dan beragam fitur teknologi lainnya.
New Normal nampaknya saat ini masih menjadi salah satu opsi yang harus pemerintah pertahankan guna memberikan sedikit kelonggaran untuk masyarakat. Sebabnya selama adanya pandemi covid-19 semua sistem dipaksa untuk mengikuti aturan dunia, mulai dari pekerja tidak lagi bekerja di kantor melainkan dari rumah, semua hal yang berkaitan dengan surat menyurat serba di onlinekan, segala bentuk pelayanan di batasi, rumah sakit penuh sesak dengan berbagai keluhan yang berdatangan dari berbagai strata masyarakat.
Dan di hari ini kita membaca, melihat dan mendengar lagi ada varian baru dari virus Covid-19 tersebut yang mengancam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Perkembangan virus corona kini membelah bagi sehingga masyarakat juga bertambah bingung untuk mengenali gejala-gejala yang ada.
Dahulu batuk dan pilek adalah suatu penyakit yang biasa karena perubahan cuaca. Tetapi saat ini, apabila ada salah seorang keluarga, tetangga atau rekan kerja yang terserang batuk pilek dan disertai dengan demam yang tinggi semua orang secara otomatis akan mengira bahwa orang tersebut terjangkit virus itu dan akhirnya semua merasa tidak nyaman untuk berada di sekelilingnya dan bahkan menjauhi.
Jika hal ini berlangsung secara terus menerus mungkin ini akan menjadi hal yang biasa saja dan menjadi sebuah kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut bukan tidak mungkin pada akhirnya terbentuk menjadi sebuah budaya di dalam masyarakat.
Oleh karena itu sebagai sebuah komunitas besar atau masyarakat yang sudah sadar akan teknologi dan melek akan pentingnya kesehatan, kita juga harus memberikan sumbangan semangat yang positif kepada semua orang untuk tetap melakukan protokol kesehatan, karena dunia pada hari ini masih dalam posisi yang belum aman, kita belum berada pada tahap penyembuhan tetapi masih pada tahap berjuang untuk bertahan.
Untuk itu kita juga harus menyadari bahwa, mereka yang terkonfirmasi positif covid-19 juga merupakan manusia biasa pada umumnya yang tidak perlu kita jauhi ataupun pada akhirnya menjadi termarginalkan dari masyarakat luas. Saling merangkul dan menolong sesama merupakan salah satu budaya Indonesia yang harus tetap kita lestarikan. Semoga Dunia dan Indonesia segera kembali baik-baik saja agar seluruh masyarakat bisa hidup berdampingan tanpa ada pembatasan sosial.(*)
Discussion about this post