DM – Pasca banyaknya para pedagang yang lebih memilih meninggalkan kios sewaan di Pasar Baru (PB) I Tanjungpinang, membuat pendapatan sewa-menyewa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setempat anjlok.
Dirktur Utama (Dirut) PT Tanjungpinang Makmur Bersama (TMB) BUMD, Fahmi mengatakan kondisi sepi pengunjung yang terjadi di Pasar Baru I itu, sudah berlangsung sejak 2020 yang lalu.
“Sepinya ini semenjak Covid-19 Tahun 2020, para pedagang sudah berusaha berjualan ditengah covid-19 ini, tapi malah banyak yang tutup, khususnya PB 1 lantai 2,” ujar Fahmi, Selasa (29/6/2021).
Menurut dia, dalam kondisi covid-19 yang membuat pasar sepi dikunjungi masyarakat itu, membuat dampak pada pendapatan pedagang. Lantaran merasa rugi, kata Fahmi pedagang lebih memilih menutup kios tersebut.
“Pendapatan mereka jauh drastis berkurang. Disisi lain kita mengandalkan sewa menyewa. Memang daya beli masyarakat berkurang, dan pedagang merasa rugi, jadi berhenti berjualan. Biaya oprasional mereka (pedagang) juga tinggi mungkin,” ungkapnya.
Fahmi menyebut, setidaknya ada kurang lebih 100 kios dilantai dua Pasar Baru I Tanjungpinang yang disewakan kepada para pedagang. Namun, ada 70 persen kios yang tidak ada penghuninya
“Diatas 100 buah kios ya, yang tutup sebanyak 70 persen, lihat kondisinyakan. Memang sepi sekali, 80 persen masyarakat jarang kesana,” kata Fahmi.
Disebabkan hal itu, kata dia pendapatan sewa menyewa BUMD PT TMB menurun hingga 70 persen. Namun, Fahmi enggan menyebutkan berapa angka pendapatan BUMD Tanjungpinang dalam sebulan.
“Pendapatan kita ya dari sewa menyewa kios dan lapak. Karena banyak yang tutup dan kondisi Covid-19, pendapatan menurun 70 persen. Yang banyak tutup itu rata-rata kios pakaian, kalau kebutuhan pokok tidak banyak,” tutupnya.
Sebelumnya, Pantauan Detak.media, pada Sabtu (26/6/2021) kemarin, di Lantai dua Pasar Baru Tanjungpinang tanpak sepi dan gelap. Bahkan, ada sekitar 25 buah kios pakaian yang tutup.
Salah seorang pedagang pakaian Pasar Baru I Tanjungpinang, Jus (55) membenarkan bahwa sudah banyak para pedagang yang lebih memlih untuk menutup kios.
Hal itu, kata dia disebabkan minimnya pengunjung hingga pendapatan para pedagang. Jus mengakui, penutupan kios yang dilakukan 25 pedagang itu sudah terjadi sejak selesai lebaran Idul Fitri 2021 yang lalu.
“Iya, semenjak habis lebaran banyak yang tutup kiosnya, teman-teman saya disini tidak jualan lagi. Lebih kurang ada 25 kios, liat aja sendiri sepinya seperti apa,” ujar Jus saat ditemui.
Jus menceritakan, bahwa pendapatan usai lebaran idul fitri sangat merosot. Bahkan, dalam sehari tidak ada pengunjung yang datang ke kiosnya untuk berbelanja pakaian.
“Parah kali kondisi seperti ini, dalam sehari sering tidak ada yang membeli. Tapi, dalam seminggu satu dua orang, masih ada yang datang, walaupun hanya membeli anak jilbab. Tapi itu, saya anggap sebagai pelaris,” ungkapnya.
Pedagang yang sudah berjualan selama 20 tahun itu menyebut, sebelum lebaran dirinya bisa mendapatkan pendapatan senilai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dalam sehari.
Namun setelah lebaran, Jus menggap untuk mendapatakan Rp 500 ribu sebulan saja tidak mungkin. Sebab, kondisi saat ini pengunjung seperti takut ingin mendatangi pasar.
“Dulu waktu bulan puasa, ada lah Rp 500 sehari, tapi sekarang ya gitu. Sehari saja kadang 0 pembeli. Semogalah, kondisi ini cepat berlalu, dan ekonomi segera lancar,” tukasnya.
Penulis : Mael
Editor : Alam
Discussion about this post