
DM, BLITAR – Video musik berjudul Iclik Cinta yang mengambil latar belakang Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Bung Karno di Kota Blitar menuai kontroversi. Video yang mengekspos unsur seksualitas tersebut dinilai tidak pantas karena berlatar di tempat yang menyimpan koleksi bersejarah tentang Bung Karno, sang Proklamator sekaligus Founding Father Republik Indonesia.
Pihak Perpusnas Bung Karno mengungkapkan bahwa pengambilan video klip tersebut dilakukan tanpa izin. “Memang benar ada pengambilan video klip terkait dengan judul lagu Iclik Cinta yang sekarang sedang beredar luas di masyarakat. Tapi memang perlu digarisbawahi, pengambilan video tersebut memang tanpa izin dan sepengetahuan dari kami di pengelola Perpustakaan Bung Karno,” ujar Ketua Kelompok Kerja Layanan Informasi dan Kerjasama Perpustakaan Nasional Bung Karno, Hery Purwanto, Selasa (4/3/2025).
Staf Humas Perpusnas Bung Karno, Arda Brian, menjelaskan bahwa pihaknya mengetahui keberadaan video musik tersebut pada 26 Februari 2025 setelah menerima laporan dari masyarakat. Banyak warga yang mempertanyakan apakah video berlatar Perpusnas Bung Karno itu mendapat izin resmi, termasuk beberapa guru yang menghubungi melalui media sosial dan WhatsApp.
“Kami mendapat sejumlah pengaduan masyarakat, ada yang lewat DM di Instagram, ada yang lewat Facebook, beberapa guru-guru juga bertanya lewat WhatsApp kami, ‘Mas, membuat video seperti itu di Perpus apakah diizinkan?’. Saat kita cek ternyata video tersebut sudah beredar di YouTube selama 8 hari. Besok paginya langsung kita rapat lalu mengontak manajemen video karena keberatan kami,” ujar Arda.
Pihak Perpusnas Bung Karno menegaskan bahwa mereka tidak pernah mempermasalahkan lagu atau karya seni yang dibuat oleh masyarakat. Namun, dalam kasus ini, Iclik Cinta dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung Perpusnas Bung Karno.
“Lagunya sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kami emban. Akhirnya pihak manajemen pembuat video itu datang ke kami dan menyepakati untuk mengganti video latar belakang,” tambah Arda.
Meskipun telah ada kesepakatan untuk mengganti latar belakang video, hingga saat ini jejak lokasi Perpusnas Bung Karno masih bisa dikenali. Arsitektur gedung yang menggabungkan unsur modern dan tradisional dengan tembok batu berelemen geometris khas masih terlihat dalam video yang beredar.
“Bagi warga Kota Blitar dan sekitarnya akan sangat mudah mengenalinya kalau video itu dibuat di lingkungan Perpusnas Bung Karno,” ungkap Arda.
Menurutnya, Perpusnas Bung Karno selama ini terbuka bagi masyarakat yang ingin membuat konten kreatif, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai edukasi yang dijunjung tinggi.
“Perpustakaan Bung Karno ini sebenarnya ruang publik, masyarakat juga sering bikin konten dan video, diupload di media sosial dan disebarluaskan tapi aman-aman saja. Baru kali ini saja video yang diupload menyalahi nilai-nilai yang kami emban,” jelasnya.
Sebagai evaluasi, Perpusnas Bung Karno kini lebih selektif dalam mengawasi pembuatan konten di dalam lingkungan perpustakaan. Meski tetap memberikan kebebasan berekspresi, mereka berharap setiap karya yang dibuat tetap menghormati nilai-nilai sejarah dan edukasi yang diwariskan oleh Bung Karno.
“Kami tidak pernah mempermasalahkan tentang lagu, karena itu kreativitas yang tidak bisa kita batasi. Selama ini ada konten kreator yang izin dahulu, ada juga yang tidak, karena kami tidak ingin ada kesan membatasi kreativitas. Tapi pengalaman ini kami jadikan evaluasi, bukannya kita mengawasi atau membatasi masyarakat, tapi memastikan masyarakat bebas berekspresi disamping sejalan dengan nilai-nilai yang kami emban di Perpustakaan Bung Karno ini,” tutup Arda.
Penulis: DANI ELANG SAKTI
Discussion about this post