
DM – Kasus dugaan malpraktik di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Raja Ahmad Tabib (RAT) Tanjungpinang masih terus bergulir. Namun, penyidik menilai perkara tersebut masuk dalam katagori sulit.
Kasatreskrim Polresta Tanjungpinang, AKP Mohamad Darma Ardiyaniki mengatakan kasus dugaan malpraktik ini memeng perkara yang sulit.
Sehingga, penyidik memerlukan waktu relatif yang panjang, dalam melakukan proses penyelidikan kasus tersebut.
“Kejadian tanggal 5 Mei yang lalu. Kita menerima laporan dugaan malpraktik ini 13 Mei. Sejak itu kita membentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan, sampai saat ini,” ujar AKP Darma, Senin (4/9/2023).
Dia menerangkan, penyidik harus menganalisis berkas rekam medis persalinan Winda (orang tua korban) yang sangat tebal, dan cukup memakan waktu yang lama. Jadi, hal ini merupakan penyebab penyelidikan berjalan lama.
“Rekam medisnya hampir 100 halaman dan harus dianalisa dengan jeli, untuk menemukan apakah dalam proses persalinan itu apakah ada prosedur yang tidak dilaksanakan. Sehingga mengakibatkan luka berat terhadap bayi,” ungkapnya.
Hingga saat ini, kata dia sedikitnya penyidik telah memeriksa 15 orang saksi. Belasan orang ini ialah korban atau terlapor, tenaga kesehatan (nakes) yang menangani persalinan, hingga dokter di RSUP RAT yang terkait.
Menurut Kasatreskrim, proses penyelidikan dugaan malapraktik ini sebentar lagi akan selesai. Pihaknya tinggal memeriksa saksi ahli forensik dan pidana dari Kepolisian Daerah (Polda) Kepri.
“Setelah dilakukan klarifikasi ahli. Kami akan melakukan gelar perkara untuk memastikan pidananya. Sebenarnya ini bukan kendala, tapi prosesnya saja yang lama. Sebab untuk menganalisis rekam medis tidak sebentar,” tuturnya.
Darma menyampaikan, ia sama sekali tidak keberatan jika korban melaporkan lambatnya proses penyelidikan ke Mabes Polri maupun Polda Kepri. Menurutnya, hal itu merupakan hak dari korban atau pelapor.
“Kalau laporan ke Mabes itu hak pelapor. Kami tidak anti kritik, tapi ini memang bukan perkara yang mudah,” tegasnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, Winda (pelapor) melahirkan bayinya dengan proses persalinan yang normal, pada 5 Mei yang lalu.
Namun, hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa bayi pasangan Denny dan Winda ini mengalami cedera saraf, di bagian bahu sebelah kanan.
Sehingga mengakibatkan lengan kanan sang bayi tidak bisa berfungsi atau cacat. Kala itu, pihak korban telah meminta pertanggungjawaban kepada pihak Rumah Sakit.
“Namun karena penyampaian mereka (pihak RSUP RAT) proses persalinan sudah sesuai SOP. Kemudian pelapor tidak terima, dan melaporkan kejadian ini ke Polresta Tanjungpinang,” pungkasnya.
Dalam perkara ini, penyidik menerapkan Pasal 84 ayat 1 Undang-Undang nomor 36 tahun 2004 tentang kelalaian tenaga kesehatan yang mengakibatkan pasien luka berat, dengan ancaman pidana maksimal 3 tahun penjara.
Penulis: Mael
Editor: Alam
Discussion about this post