DM, Jatim – Tim ekskavasi tahap 6 Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto menemukan struktur yang diduga merupakan pondasi 3 gapura megah yang menjadi pintu masuk utama menuju Candi Tribhuwana Tunggadewi. Struktur itu menjadi temuan penting dalam ekskavasi 17 Juli-16 Agustus 2023.
Ketiga struktur besar tersebut ditemukan di sisi barat lapangan sepakbola Desa Klinterejo, Masing-masing struktur diduga gapura megah itu berdenah cruciform seluas 26 x 20 meter persegi.
Struktur itu menyatu dengan pagar setebal 130-135 cm yang membentang dari utara ke selatan. Sehingga tiga struktur yang disinyalir pondasi gapura itu dalam posisi segaris atau sejajar. Panjang total pagar dan 3 gapura itu sekitar 102 meter.
Struktur pagar tebal berbahan bata merah kuno ini telah ditemukan ujung utaranya. Ternyata pagar ini berbelok ke timur sehingga membentuk sudut barat laut. Di sudut barat laut itu terdapat struktur yang lebih besar terlihat sebagai penguat sudut pagar.
Jika dirunut dari ujung utara pagar ke selatan, ditemukan struktur yang diduga sisa gapura pertama. Sudut barat laut pagar berjarak 19 meter dengan titik tengah gapura pertama. Pada pondasi gapura pertama yang berdenah cruciform itu terdapat sejumlah bata putih di atasnya.
Kemudian di sebelah selatan juga ditemukan struktur diduga sisa-sisa gapura kedua. Pondasi gapura tengah ini juga berdenah cruciform dengan luasan 26 x 20 meter persegi. Titik tengah gapura pertama berjarak 32 meter dengan titik tengah gapura kedua.
“Perkiraan kami itu gapura utara dan tengah. Ini baru sebatas interpretasi kami,” kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim Muhammad Ichwan kepada detikJatim, Rabu (03/8) dilansir dari detik.com
Di sebelah selatan gapura tengah, tepatnya di kebun tebu, juga ditemukan struktur yang diduga sisa-sisa gapura ketiga. Hanya saja struktur ini belum terlihat sepenuhnya karena penggalian belum tuntas. Titik tengah gapura tengah berjarak 32 meter dengan titik tengah gapura ketiga.
Titik tengah gapura ketiga itu diperkirakan juga berjarak 19 meter dengan ujung selatan pagar. Sebab, ujung selatan atau sudut barat daya pagar itu belum ditemukan. Menurut Ichwan, pihaknya saat ini fokus melakukan penggalian arkeologi di kebun tebu untuk menemukan sudut barat daya pagar.
“Oleh sebab itu kami harus menemukan ujung selatan atau sudut barat daya pagar. Kalau ketemu, (akan) semakin memperjelas,” terangnya.
Pagar setebal 130-135 cm yang dilengkapi 3 gapura itu diperkirakan sebagai bagian barat pagar utama yang mengelilingi Candi Tribhuwana Tunggadewi di Situs Bhre Kahuripan. Untuk membuktikan hipotesis ini, Ichwan mengatakan pihaknya harus menemukan pagar yang sama di sisi utara, selatan, dan timur.
Temuan 3 struktur yang diperkirakan sisa-sisa gapura itu mengindikasikan bahwa pintu masuk utama Candi Tribhuwana Tunggadewi memang berada di sisi barat. Sekitar 45 meter di sebelah timur pagar utama ini juga ditemukan struktur pagar kedua yang membentang dari selatan ke utara.
Pagar kedua ini lebih tipis karena tebalnya 98 cm. Juga ditemukan struktur sisa-sisa gapura di bagian selatan pagar ini. “Nah, di sisi selatan pagar kedua ini ada sisa-sisa gapura. Apakah sebagai akses ke candi, itu yang juga masih kami dalami,” jelasnya.
Sebagai gambaran, beberapa meter di sebelah timur pagar kedua yang dimaksud oleh Ichwan itulah Candi Tribhuwana Tunggadewi berada. Candi itu selesai diekskavasi pada 2018.
Tangga naik ke candi itu juga ditemukan di sebelah barat, posisi tangga itu pun sinkron dengan hipotesis bahwa pagar tebal plus gapura yang ditemukan di sisi barat lapangan sepakbola Klinterejo itu merupakan pintu masuk utama ke area candi.
“Kami perkirakan (Candi Tribhuwana Tunggadewi dibangun) pada masa Majapahit, di sini sebagai pendharmaan Tribhuwana Tunggadewi melalui upacara Srada 12 tahun setelah wafatnya,” tandas Ichwan.
Candi Tribhuwana Tunggadewi memiliki luas area 14 x 14 meter persegi. Candi itu berbahan batu andesit. Di tengahnya terdapat batu yoni berdimensi 191 x 184 x 121 cm. Ukiran angka tahun di yoni itu menunjukkan 1294 Saka atau 1372 Masehi.
Di dalam sumur Candi Tribhuwana Tunggadewi ditemukan lempengan emas berbentuk kura-kura sepanjang 6 cm. Sebuah arca berbahan batu andesit setinggi 200 cm dengan lebar 180 cm dan tebal 25-30 cm juga ditemukan di candi itu. Sayangnya, wujud arca itu tidak bisa dikenali karena sudah dirusak.
Sesuai angka tahun di batu yoni, Candi Tribhuwana Tunggadewi ini dibangun pada zaman Majapahit ketika Raja Hayam Wuruk memerintah 1350-1389 Masehi. Namun, belum bisa dipastikan apakah candi ini untuk mendarmakan Tribhuwana atau raja lainnya.
Sekadar informasi, Tribhuwana Tunggadewi menjabat sebagai ratu pada 1328 masehi hingga akhirnya turun tahta pada 1350 masehi. Tahtanya digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Tepat di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi itu juga ditemukan sisa-sisa struktur berdenah persegi panjang 9 x 4 meter persegi. Arkeolog memperkirakan bangunan ini dulunya sebuah altar pemujaan ke arah candi.
Sumber: detik.com
Editor: Tiara
Discussion about this post