DM – Arkeolog menemukan sebuah mata tombak dalam ekskavasi tahap 6 Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto. Mata tombak yang sudah berkarat itu ditemukan di atas struktur pagar kuno Candi Tribhuwana Tunggadewi.
Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim, Muhammad Ichwan mengatakan mata tombak ditemukan di kedalaman 50 cm dari permukaan tanah pada Senin (31/7/2023). Posisi mata tombak di atas struktur pagar yang saat ini sedang diekskavasi.
Struktur pagar yang saat ini digali merupakan pagar kedua dari Candi Tribhuwana Tunggadewi. Pagar kuno kedua ini ditemukan di bagian barat lapangan sepakbola Desa Klinterejo. Pagar ini membentang dari utara ke selatan. Nah, mata tombak ditemukan di struktur sisi utara.
“Setelah dokumentasi dan pengangkatan, kami analisis dan kami cermati lagi. Kondisinya lepas dari gagang, yang kami temukan hanya bilah saja,” kata Ichwan kepada wartawan di lokasi, Selasa (01/8) dilansir dari detik.com
Panjang mata tombak ini sekitar 30 cm, lebarnya sekitar 3-5 cm. Bagian tuas yang biasa ditancapkan pada gagang, ujung bawahnya sudah bengkok. Sedangkan bentuk bilah mata tombak lebah di tengah, lalu meruncing pada ujungnya. Seluruh permukaannya sudah berkarat.
“Kami cari referensi lagi mata tombak ini gaya dari kerajaan apa,” terang Ichwan.
Menurut Ichwan, mata tombak ini menjadi temuan pertama berupa senjata di Situs Bhre Kahuripan. “Setelah kami amankan, kami serahkan ke tim konservasi untuk dilakukan perawatan,” ujarnya.
Ekskavasi tahap 6 yang digelar 17 Juli-16 Agustus untuk menggali lahan seluas 217,5 kotak gali atau 870 meter persegi. Penggalian arkeologi difokuskan di 3 titik yang semuanya melanjutkan pekerjaan tahap sebelumnya.
Titik pertama di bagian barat lapangan sepakbola Klinterejo sampai kebun tebu di selatannya. Di titik ini, ekskavasi ditargetkan menemukan pagar kedua Candi Tribhuwana Tunggadewi yang membentang dari utara ke selatan.
Titik kedua ekskavasi di kebun tebu sebelah selatan balai tani Desa Klinterejo. Tim ekskavasi bakal mencari sambungan pagar pertama yang sudah ditemukan di sebelah utara balai tani. Struktur pagar ini juga membentang dari utara ke selatan.
Sedangkan titik ketiga di sebelah barat balai tani yang disebut Situs Klinterejo. Penggalian di titik ini untuk menampakkan seluruh struktur unik berdenah bujur sangkar seluas 17 x 17 meter persegi. Setiap sisinya terdapat struktur berbentuk segitiga sama sisi berukuran 5 meter.
Situs Bhre Kahuripan diperkirakan berupa kompleks permukiman elit yang dilengkapi bangunan keagamaan berupa candi. Situs purbakala ini luasnya sekitar 300 x 200 meter persegi atau 6 hektare. Lokasinya di area persawahan Desa Klinterejo.
Bagian paling timur berupa Candi Tribhuwana Tunggadewi seluas 14 x 14 meter persegi berbahan batu andesit. Di tengahnya terdapat batu yoni berdimensi 191 x 184 x 121 cm. Ukiran angka tahun pada yoni menunjukkan 1294 saka atau 1372 masehi.
Di dalam sumur Candi Tribhuwana Tunggadewi ditemukan lempengan emas berbentuk kura-kura sepanjang 6 cm. Sebuah arca berbahan batu andesit setinggi 200 cm, lebar 180 cm dan tebal 25-30 cm juga ditemukan di candi ini. Sayangnya, wujud arca tersebut tidak bisa dikenali karena sudah dirusak.
Sesuai angka tahun di batu yoni, Candi Tribhuwana Tunggadewi ini dibangun pada zaman Majapahit ketika Raja Hayam Wuruk memerintah 1350-1389 masehi. Namun, belum bisa dipastikan apakah candi ini untuk mendarmakan Tribhuwana atau raja lain.
Tribhuwana menjabat ratu Majapahit mulai 1328 masehi sampai turun tahta tahun 1350 masehi digantikan putranya, Hayam Wuruk. Di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi ditemukan sisa-sisa struktur berdenah persegi panjang 9 x 4 meter persegi. Arkeolog memperkirakan bangunan ini dulunya sebuah altar pemujaan ke arah candi.
Sumber: detik.com
Editor: Tiara
Discussion about this post