DM – Gerhana bulan penumbra mencapai puncaknya saat ini, Sabtu (6/5) dini hari, yang menjadikannya sebagai yang paling redup dalam 25 tahun.
Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap fenomena langit ini secara keseluruhan berlangsung selama 4 jam 18 menit.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam keterangannya, menyebut “seluruh fase gerhana teramati di Indonesia”.
Mulanya, menurut BMKG, kontak awal atau permulaan gerhana dimulai pada Jumat (5/5) pukul 22.12.09 WIB atau 23.12.09 WITA atau 00.12.09 WIT.
Sementara, puncak gerhana terjadi saat ini, yakni Sabtu (6/5) pukul 00.22.52 WIB atau 01.22.52 WITA atau 02.22.52 WIT.
Gerhana ini berakhir pada pukul 02.33.36 WIB atau 03.33.36 WITA atau 04.33.36 WIT.
Lebih redup
ORPA BRIM mengungkap gerhana bulan penumbra terjadi saat posisi Bulan-Matahari-Bumi sejajar.
Hal ini membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra (bayangan yang masih samar, tidak gelap seluruhnya) Bumi. Efeknya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat lebih redup ketimbang saat purnama.
Planetarium dan Observatorium Jakarta menyebut 96,4 persen piringan Bulan memasuki bayangan penumbra Bumi.
Hal ini menjadikan gerhana penumbra kali ini yang paling redup sejak gerhana sejenis pada Februari 2017 (98,8 persen) hingga fenomena yang sama di September 2042 (95,3 persen).
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Rhorom Priyatikanto mengungkapkan gerhana bulan kali ini pada dasarnya memang cuma peredupan bulan purnama.
“Masyarakat cukup sulit menyaksikan gerhana itu untuk dilihat tanpa bantuan kamera karena hanya berupa peredupan purnama. Maka, gerhana itu tidak seperti gerhana sebagian atau total yang membuat bulan tampak kemerahan,” kata dia, Kamis (4/5) dikutip dari Antara, seperti dilansir dari cnnindonesia.com.
Sumber: cnnindonesia.com
Editor: Redaksi
Discussion about this post