DM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengajak masyarakat setempat untuk menciptakan lingkungan yang sehat, dengan menerapkan pola 3M plus bebas penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.
Kepala Dinkes Kepri, Mochammad Bisri mengatakan 3M ialah Menguras, Menutup dan Memanfaatkan barang bekas. 3M ini, merupakan pengendalian vektor dengue kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
“Menguras tempat penampungan air. Menutup rapat tempat bak mandi atau pun drum, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi, tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD,” ujar M. Bisri, Senin (27/3/2023).
Sementara plusnya, kata Bisri seperti menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Kemudian menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur.
Selanjutnya, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.
“Mulai saat ini, masyarakat juga bisa menerapkan pola 3M dan plusnya. Agar hidup sehat, dan dapat bebas dari DBD dan malaria,” ungkap Bisri.
Menurut Bisri, dua penyakit tersebut sangat tidak boleh diabaikan, dan harus mendapatkan penanganan medis jika telah mengalami gejala.
“Gejala DBD, bisa dilihat dari mengalami demam tinggi mendadak, biasanya mencapai 38 derajat Celcius hingga 40 derajat celcius,” ungkapnya.
Selanjutnya mengalami lemah dan lesu, timbul bintik-bintik merah yang muncul disekitar tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam.
Mengalami rasa nyeri pada otot, persendian, dan tulang. Sakit kepala yang parah, dan rasa sakit pada perut seperti mual, muntah dan diare.
Sementara gejala Malaria, bisa dikenali dengan mengalami demam, menggigil, sakit kepala, berkeringat banyak lemas, pegal linu, kekurangan darah dan mual atau muntah.
“Iya, jenis penyakit ini tidak boleh diabaikan, dan harus mendapatkan penanganan medis, jika sudah mengalami gejala-gejalanya,” tukasnya.(Adv)
Penulis: Redaksi
Editor: Redaksi
Discussion about this post