DM – Enam orang dari Institut Pertanian Bogor (IPB), melakukan pendampingan program One Village One CEO (OVOC) ke dua kelompok tani sorgum di Kabupaten Bintan, dalam dua pekan terakhir. Demikian disampaikan Fasilitator Tim OVOC Bintan, Rahmat Senjaya.
Adapun kedua kelompok itu yakni, Perkumpulan Tani Milenial Kreatif, Desa Lancang Kuning, Kecamatan Bintan Utara dan Kelompok Tani Ratun Jaya Topas, Desa Toapaya Asri, Kilometer 24.
“Mereka ini telah melakukan observasi tanaman sorgum di dua lokasi tersebut,” ujarnya.
Dari penelitian di lapangan, pihaknya akan membuat panduan Standar Operasional Prosedur (SOP), tentang sistem penanaman sorgum. Sehingga, target pendampingan OVOC di Bintan tercapai dengan optimal.
Rahmat menyebutkan, target SOP pendampingan program OVOC ada tiga. Pertama, peningkatan pengetahuan kelompok tani, tentang metode penanaman sorgum serta cara membuat pupuk agar komposisi tanah tetap subur.
“Kedua, menciptakan produk dan sistem pemasaran sorgum. Ketiga, dibuatkan draf/dokumen Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepakatan kerjasama dengan swasta maupun pemerintah,” jelasnya.
Ia menerangkan, untuk menghasilkan produk dan pemasaran, maka, kelompok tani di Bintan harus menghasilkan label bibit benih yang bersertifikat.
Syaratnya, ada formulasi produk sesuai ketentuan, punya kemasan dan memiliki sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
“Kami akan melakukan pendampingan agar petani di Bintan mengajukan sertifikasi benih sorgum warna kuning ke Pemerintah Pusat, melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Selain itu, kami juga akan mengusulkan sertifikat label halal nya,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengumpulkan kelompok-kelompok tani lainnya, untuk diberikan pelatihan tentang tata kelola (manajemen) relasi bisnis yang baik.
“Misalnya, para kelompok tani harus diatur waktu bercocok tanam hingga panen sorgumnya. Yakni, kelompok A menanam pada bulan Januari, komunitas B menanam bulan Februari dan seterusnya,” tuturnya.
Sehingga, stok pangan sorgum di Bintan tetap ada, untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal maupun permintaan dari negara lain seperti Negara Malaysia.
“Kemudian pemerintah daerah menggunakan power kebijakannya agar bisa melahirkan regulasi yang tepat untuk mendukung kelompok-kelompok tani di Bintan,” tutupnya.
Penulis: Redaksi
Editor: Redaksi
Discussion about this post