DM – Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Kepri, Gerry Yasid meresmikan Rumah Restorative Justice Adhyaksa Perisai Negeri, di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Tanjungpinang, Kamis (1/9/2022)
Kajati Kepri, Gerry Yasid mengatakan bahwa penerapan keadilan restoratif justice yang dicanangkan Kejaksaan RI ini, bertujuan untuk mewujudkan keadilan hukum yang humanis bagi masyarakat.
“Restorative Justice mewujudkan keadilan hukum yang memanusiakan manusia dengan menggunakan hati nurani,” ujar Gerry Yasid.
Selain itu, kata dia untuk melawan stigma negatif yang tumbuh di masyarakat, yakni hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Sehingga, sambung Gerry perkara-perkara yang sifatnya sepele atau ringan dapat diselesaikan di luar pengadilan dan tidak perlu dilimpahkan ke pengadilan.
Menurut Gerry, penerapan keadilan restoratif dengan cara memediasi antara korban dan pelaku kejahatan dalam penyelesaian permasalahan, memiliki tujuan utama pemulihan kerugian pada korban dan pengembalian pada keadaan semula.
“Lebih daripada itu, RJ stigma negatif atau labeling orang salah itu dihapuskan. Ia tidak akan diadili di depan umum dan diberi kesempatan untuk bertaubat atau berubah. Kalau dalam masa kesempatan itu diberikan, orang itu kembali mengulangi perbuatannya, maka dia siap untuk dipenjara,” tegasnya.
Gerry menerangkan, penyelesaian perkara melalui RJ mendapat respon positif dari masyarakat. Hal ini, dibuktikan sejak terbitnya Peraturan Kejaksaan RI Nomor 15 Tahun 2020, tentang Penghentian Penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif, penerapan keadilan restoratif di tingkat kejaksaan relatif meningkat dengan banyaknya permintaan penyelesaian perkara di luar pengadilan.
Adapun alasan pemberian penghentian pentuntutan berdasarkan keadilan restoratif yakni, tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana, tindak pidana hanya diancam dengan pidana denda atau diancam dengan pidana penjara tidak lebih dari 5 tahun.
“Tindak pidana dilakukan dengan barang bukti atau nilai kerugian yang ditimbulkan akibat dari tindak pidana tidak lebih dari Rp.2,5 juta,” ungkap Gerry.
Kemudian pelaku mengembalikan barang yang diperoleh dari tindak pidana kepada korban, mengganti kerugian korban, mengganti biaya yang ditimbulkan dari akibat tindak pidana, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan dari akibat tindak pidana, telah ada kesepakatan perdamaian antara korban dan tersangka, masyarakat merespon positif.
Gerry menambahkan, kegiatan ini juga disejalankan dengan proses perdamaian perkara Tindak Pidana Umum antara tersangka atas nama Aldo alias Pangeran dan Syamsiah yang merupakan suami istri dengan sangkaan melanggar Pasal 44 ayat (1) UU RI Nomor 23 Tahun 2004.
“Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan berhasil dilaksanakan sebagai rangkaian proses pelaksanaan Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif,” tukasnya.
Penulis : Mael
Editor : Redaksi
Discussion about this post